Di tengah ketidakpastian pandemi Corona ada kabar baik karena kondisi manufaktur Indonesia mulai membaik dan kembali ke level positif untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.
Perbaikan ini ditunjukkan oleh purchasing managers index (PMI) pada Agustus tahun ini melesari ke level 50,8, angka ini naik beberapa poin dari yang sebelumnya hanya 46,9 di Juli 2020.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan aktivitas manufaktur dinyatakan tumbuh positif jika nilai indeks berada di atas 50. Namun demikian, febrio mengatakan tetap mewaspadai berbagai risiko dari pandemi Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kasus COVID-19 masih berada dalam tren peningkatan di dunia dan terdapat ancaman gelombang kedua COVID-19 yang dapat menghambat aktivitas perekonomian serta membayangi proses pemulihan ekonomi ke depan," katanya dalam keterang resmi yang dikutip, Selasa (1/9/2020).
Realisasi positif manufaktur di bulan Agustus terjadi secara luas di berbagai negara. Beberapa negara besar yang mencatatkan tren aktivitas manufaktur yang ekspansif antara lain Amerika Serikat (53,6), Tiongkok (53,1), dan Eropa (51,7). Namun, masih ada beberapa negara seperti Jepang (46,6) dan Thailand (49,7) yang belum mampu kembali level positif sejak pandemi. Sementara aktivitas manufaktur Malaysia (49,3) dan Filipina (47,3) justru kembali terkontraksi pada bulan Agustus, setelah di Juli sempat positif.
Perbaikan aktivitas manufaktur Indonesia didukung oleh peningkatan produksi dan pesanan baru. Peningkatan pesanan baru didominasi oleh permintaan dalam negeri sementara permintaan dari ekspor masih lemah di tengah situasi pandemi yang masih eskalatif.
Adapun, pelonggaran pembatasan sosial di dalam negeri juga telah meningkatkan kepercayaan bisnis ke level tertinggi sejak Mei 2019 dan mendorong adanya perbaikan aktivitas ekonomi secara berkala. Operasi bisnis juga terus meningkat di tengah upaya adaptasi kebiasaan baru dan pemberlakuan protokol kesehatan. Sisi ketenagakerjaan masih tertekan di tengah upaya pengendalian ongkos perusahaan serta adanya ekses kapasitas yang masih besar.
Peningkatan kinerja manufaktur ini menjadi sinyal yang positif bagi prospek pemulihan ekonomi Indonesia pada semester II 2020.
"Dengan kontribusi per kuartal II 2020 sebesar 20% terhadap PDB dan serapan tenaga kerja per Februari 2020 18,5 juta orang, sektor manufaktur memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dengan demikian, diharapkan tren pemulihan ini akan terus berlanjut ke depan," jelasnya.
Lebih lanjut, Febrio mengungkapkan pemerintah akan terus mendorong pemulihan ekonomi, dengan tetap memastikan terjaganya protokol kesehatan melalui penguatan berbagai dukungan kebijakan seperti Program Pemulihan Ekonomi
Nasional (PEN) serta memastikan implementasinya. Di saat yang sama, pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas dunia juga terus mendorong pengembangan vaksin yang akan menjadi bagian sangat penting di dalam penyelesaian pandemi COVID-19.
(hek/dna)