Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat deflasi selama dua bulan berturut-turut, yaitu sebesar 0,10% pada Juli dan 0,05% pada Agustus. Merespons itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membeberkan penyebab utamanya adalah pelemahan dari sisi permintaan karena daya beli yang juga melemah.
"Ini kan deflasi yang diidentifikasikan dengan lemahnya dari sisi permintaan. Permintaan itu kan asalnya dari rumah tangga, masyarakat melalui konsumsi, melalui pemerintah dalam hal ini belanja pemerintah, dan dari investasi, perusahaan-perusahaan maupun dari ekspor," terang Sri Mulyani usai menghadiri rapat paripurna di gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (1/9/2020).
Ia menjelaskan, yang mempunyai porsi konsumsi terbesar di Indonesia adalah masyarakat kelas menengah ke atas. Namun, kelompok ini masih menahan belanjanya karena bergantung pada kepercayaan penanganan virus Corona (COVID-19) di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daya beli yang terbesar dari konsumsi itu berasal dari kelompok menengah ke atas, yang mungkin dalam hal ini sangat tergantung kepercayaan terhadap COVID-19 ini. Karena walaupun mobilitas masyarakat sudah mulai naik, namun belum diterjemahkan dalam bentuk belanja yang meningkat," jelas dia.
Namun, untuk daya beli masyarakat kelas menengah bawah menurutnya sudah diupayakan dengan mengucurkan berbagai bantuan sosial (Bansos).
"Kalau bantuan-bantuan sosial pemerintah bisa membantu, terutama masyarakat yang bawah," tutur dia.
Dari sisi belanja perusahaan atau investasi, ia menilai permintaannya memang masih turun melihat pertumbuhan kredit yang juga belum membaik di perbankan.
"Ini kan kalau kita lihat kredit gross kita sekarang turun menjadi hanya sekitar 1,45%. Jadi memang ini permintaan dari sisi investasi juga akan menurun," imbuh Sri Mulyani.
Namun, pemerintah mengupayakan perbaikan investasi dengan berbagai insentif.
"Untuk investasi kita insyaallah akan terus coba pantau dari sisi perusahaan-perusahaan, restrukturisasi perusahaan, dari sisi pinjamannya, dan kemudian kembali menormalisir dan mendorong pinjaman-pinjaman sehingga kegiatan investasi mulai meningkat lagi," ucapnya.
Sementara itu, dari sisi belanja pemerintah menurutnya sudah diupayakan dengan berbagai langkah untuk mengakselerasi. Ia meyakini belanja pemerintah akan membaik di bulan ini.
"Pemerintah kan sudah melakukan dan terus melakukan akselerasi belanjanya. Bulan ini kita perkirakan akan lebih baik meskipun tingkatnya tidak sebesar yang mungkin masih kita perkirakan, yaitu supaya bisa tumbuh positif dari belanja pemerintah," kata dia.
(ara/ara)