Ekonomi Anjlok 51%, Afrika Selatan Sudah Resesi 28 Tahun

Ekonomi Anjlok 51%, Afrika Selatan Sudah Resesi 28 Tahun

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 09 Sep 2020 12:23 WIB
A family negotiates their way through caked mud around a dried up section of the Theewaterskloof dam near Cape Town, South Africa, January 20, 2018. The dam, which supplies most of Cape Towns potable water, is currently dangerously low as the city faces Day Zero, the point at which taps will be shut down accross the city.  Picture taken January 20, 2018. REUTERS/Mike Hutchings
Foto: REUTERS/Mike Hutchings
Jakarta -

Afrika Selatan masuk jurang resesi. Produk Domestik Bruto (PDB) tercatat terkontraksi -51% secara tahunan (year on year/yoy) di kuartal II-2020, setelah kuartal I-2020 terkontraksi -1,8%.

Angka itu adalah penurunan paling tajam sejak tahun 1990 dan memperpanjang resesi hingga kuartal IV-2020. Bahkan ini merupakan periode kontraksi kuartalan terpanjang berturut-turut sejak 1992.

Anjloknya pertumbuhan ekonomi tersebut tidak lain karena disebabkan oleh lockdown untuk menghindari penyebaran virus Corona (COVID-19) sehingga menghantam ekonomi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir Bloomberg, Rabu (9/9/2020), terbatasnya mobilisasi masyarakat Afrika Selatan membuat ekonominya masuk ke dalam resesi terpanjang dalam 28 tahun, dengan kontraksi PDB lebih tajam dari perkiraan.

Untuk diketahui, lockdown secara nasional mulai ketat diterapkan pada 27 Maret hingga memperdalam kemerosotan ekonomi yang terjebak dalam siklus penurunan terpanjang setidaknya sejak Perang Dunia II.

ADVERTISEMENT

Saat lockdown, masyarakat hanya boleh keluar rumah untuk membeli makanan, mengumpulkan tunjangan kesejahteraan dan mencari perawatan medis kecuali mereka menyediakan layanan penting.

Sementara pembukaan kembali ekonomi secara bertahap dimulai pada 1 Mei, banyak perusahaan menutup secara permanen atau memecat pekerja selama penutupan.

Median estimasi dari 17 ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan penurunan 47,2% dari kuartal sebelumnya. Secara tahunan (year-on-year/yoy) ekonomi After terkontraksi 17,1%, lebih dalam dari perkiraan median sebesar 16%.




(fdl/fdl)

Hide Ads