Pemerintah Inggris Minta Karyawan yang WFH Ngantor Lagi

Pemerintah Inggris Minta Karyawan yang WFH Ngantor Lagi

Trio Hamdani - detikFinance
Jumat, 11 Sep 2020 22:45 WIB
The union flag flies over the Houses of Parliament in Westminster, in central London, Britain June 24, 2016.     REUTERS/Phil Noble
Foto: Ilustrasi (detikINET/Rachmatunnisa)
Jakarta -

Badan Pusat Statistik Inggris mencatat hampir setengah dari 30 juta karyawan Inggris bekerja dari rumah selama pandemi COVID-19, dengan tambahan 9 juta pekerja cuti. Mengutip CNN.com, Jumat (11/9/2020), para karyawan bekerja dari rumah (work from home/WFH) karena tempat kerja ditutup saat virus Corona mulai menyebar.

Tapi sekarang, meskipun kasus positif virus Corona meningkat dan keinginan publik agar pengaturan jam kerja fleksibel, pemerintah menginginkan karyawan kembali ke kantor.

Para menteri dan pemimpin bisnis beralasan hal itu diperlukan demi ekonomi. Tetapi retorika mereka membuat jengkel banyak karyawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perekonomian perlu membuat orang kembali bekerja," kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab kepada BBC pekan ini.

"Orang-orang akan kembali ke kantor dalam jumlah besar di seluruh negara kita, dan benar juga," kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan ke kabinetnya pada 1 September, tanpa memberikan bukti untuk pernyataan tersebut.

ADVERTISEMENT

Nadanya bahkan lebih tajam di banyak media Inggris. "Kota Hantu Inggris HARUS kembali bekerja dan Boris Johnson harus memimpin," demikian bunyi tajuk utama kolom surat kabar oleh Carolyn Fairbairn, kepala Konfederasi Industri Inggris.

The Telegraph memuat kutipan mengejutkan yang dikaitkan dengan seorang menteri yang tidak disebutkan namanya beberapa hari sebelumnya, mengatakan kepada orang-orang: "'Kembali bekerja atau berisiko kehilangan pekerjaan Anda'."

Shelly Asquith, Petugas Kebijakan Kesehatan, Keselamatan & Kesejahteraan di TUC berpandangan lain.

"Ada upaya bersama dari beberapa bagian media untuk memastikan bahwa banyak orang yang bekerja dari rumah tidak benar-benar bekerja," kata Shelly kepada CNN Business.

"Dan ada kurangnya pemahaman tentang betapa kerasnya orang-orang bekerja saat lockdown," dia menambahkan.

Sementara itu, Phil Taylor, yang melakukan penelitian tentang pengalaman pekerjaan rumahan untuk Institut Hak Ketenagakerjaan, mengatakan beberapa retorika yang telah digunakan belakangan ini sangat mengerikan.

"Mengalihkan perhatian dari kelalaian besar pemerintah selama berbulan-bulan," ujarnya.

"Ada nyawa yang dipertaruhkan di sini," kata Taylor kepada CNN Business. "Jika orang tidak ingin kembali ke kantor, mereka tidak boleh disalahkan atas semuanya," tambah Phil.




(toy/hns)

Hide Ads