Agar Selamat dari Pandemi, Perusahaan Harus Lakukan Ini

Agar Selamat dari Pandemi, Perusahaan Harus Lakukan Ini

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Sabtu, 12 Sep 2020 10:10 WIB
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (3/5/2019). Pertumbuhan gedung tinggi di Jakarta terus meningkat. Menurut data The Skyscraper Center, jumlah gedung bertingkat di ibu kota Jakarta saat ini mencapai 382 gedung. Sebagian besar atau 42 persen dari gedung-gedung pencakar langit memiliki ketinggian di atas 150 meter umumnya digunakan untuk perkantoran.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Pandemi COVID-19 menekan perekonomian global, termasuk Indonesia. Hal ini juga berdampak pada produksi dunia usaha akibat adanya pembatasan interaksi yang turut menyusutkan konsumsi masyarakat.

COVID-19 ini juga menekan industri mulai dari UKM, IKM dan industri lainnya dari hulu ke hilir dan hanya tersisa kurang lebih 40-50%.

Karena itu pelaku usaha menggunakan strategi efisiensi biaya agar bisnis bisa berkesinambungan. Namun efisiensi yang dilakukan ini membutuhkan konsep yang matang agar bisa optimal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CEO Industry and Business Institute of Management (IBIMA) atau PT Insan Bisnis dan Industri Manufaktur Indonesia I Made Dana Tangkas menjelaskan Konsep Lean Manufacturing dinilai bisa menjadi suatu solusi efektif untuk diterapkan di masa pandemi ini.

Lean manufacturing merupakan strategi, metode atau budaya yang dirancang untuk mencapai suatu siklus produksi manufaktur sesingkat mungkin.

ADVERTISEMENT

Dia menyebut caranya, dengan mengurangi persediaan yang berpotensi tidak terpakai atau terbuang (waste product). Hasilnya yang diharapkan adalah memproduksi barang hanya untuk memenuhi permintaan pelanggan secara tepat, sekaligus mengurangi persediaan yang tidak efektif.

"Ujungnya, metode ini akan berdampak pada berkurangnya beban biaya, kinerja yang lebih tinggi dan siklus produksi yang singkat," kata dia dalam siaran pers, Sabtu (12/9/2020).

Metode ini ini menerapkan praktik yang berfokus pada penciptaan nilai bagi pelanggan akhir dengan limbah dan proses minimal. Metode ini diadaptasi dari Toyota Production System (TPS).

Dia mengatakan, konsep lean (ramping) sejatinya sangat bermanfaat di dalam situasi krisis/wabah, maupun dalam situasi normal. Ini karena basis utamannya adalah dengan keterbatasan SDM kapital, permodalan dan juga keterbatasan berbagai sumber daya yang dimiliki, kita bisa bentuk sebuah produk atau jasa melalui proses dengan metode manufaktur.

Saat ini sudah banyak perusahaan yang mencoba konsep Lean Manufacturing ini. Namun seringkali perusahaan justru meninggalkan prinsip paling dasar dari konsep ini. Tak heran, pada akhirnya, upaya untuk menambah value dan menghilangkan waste product justru hanya menjadi kegiatan sementara atau tidak berkelanjutan.

Karenanya, untuk mengatasi hal tersebut, IBIMA sebagai sebuah lembaga center dan korporasi di bidang konsultasi bisnis & industri, akhirnya meluncurkan Lean Enterprize IBIMA, dalam rangka menyelamatkan serta mengakselerasi pemulihan pembangunan dunia usaha dan industri di Indonesia.

"Ini merupakan salah satu peran dan solusi dari IBIMA dalam menghidupkan kembali roda perekonomian bangsa melalui lean enterprise untuk Indonesia. Membangun industri unggulan berbasis agro, maritim, IKM UKM Koperasi, teknologi, dan baterai," jelas Made.

Menurutnya, program IBIMA telah terbukti berhasil dalam membangun dan meningkatkan performansi bisnis dan industri. Sehingga, ia pun yakin bila diterapkan dalam konteks nasional akan mampu membawa perubahan makro yang signifikan terhadap kemajuan ekonomi dan sosial bangsa.

"Di Indonesia belum ada lembaga center yang berperan secara integratif dalam pembangunan bisnis dan industri menjadi aggregator serta think tank pembangunan bisnis dan industri nasional secara terpadu, dengan memberdayakan SDM profesional dari Indonesia sendiri," tuturnya.

Ia menjelaskan, IBIMA memiliki tiga DNA utama. DNA pertama adalah kompetensi atau praktik bisnis Industri melalui Lean Enterprise. DNA kedua adalah budaya dan motivasi bisnis melalui transformasi mindset, character, dan attitude. DNA ketiga adalah Leadership (Sistem Industri dan Kepemimpinan).

"Adapun objektif IBIMA Building the Best Industry and Business Way to be the Best World Class Company (Lean Enterprise and Best Operational Exellence Company)," tambah dia.

Sebagai catatan, selain Made, IBIMA sendiri dipelopori Theodore Permadi Rachmat dan Ary Ginanjar Agustian. IBIMA mampu mengkolaborasikan aspek ABGCFM (Academics, Business, Government, Community, Federation, Media) untuk membantu recovery, sustainability dan pengembangan bisnis dan industri secara terpadu dan terintegrasi.

Founder dan BOC IBIMA Ari Ginanjar Agustian menambahkan, di kondisi saat ini, hal yang di butuhkan Indonesia untuk merecovery ekonomi Indonesia antara lain belive (kepercayaan). Ia mengingatkan, Indonesia memiliki visi Indonesia Emas dan masuk dalam kategori 5 besar Ekonomi Dunia pada tahun 2045.

"Ini adalah cita cita kita, dan tahun sekarang ini benar benar menjadi pelatihan karakter dengan tuan guru COVID-19. Jadi sebenarnya saat ini kita dilatih, 'dizerokan', sehingga kita paham betul siapa kita dan mau kemana kita. Ibaratnya IBAMA lahir dalam suasana zero," tuturnya.

Ia pun berharap, IBIMA tidak hanya sekedar diluncurkan, tetapi tetap fokus melakukan gerakan yang nyata lewat lean industri yang didasari dengan believe.

"Kelahiran IBIMA ini juga bukan hanya sekedar usaha yang ingin di luncurkan, tetapi tingin agar ujuan targetkan menjadi kenyataan. Sehingga suatu saat nanti, di 2045, IBIMA bisa melihat Indonesia bisa berdiri di atas kaki sendiri," ujarnya.



Simak Video "Video: Pendapatan Nike Merosot Tajam, Terburuk Sejak Pandemi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads