Ssst! Ini Kunci Biar UMKM Naik Kelas di Era Digital

Ssst! Ini Kunci Biar UMKM Naik Kelas di Era Digital

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 12 Sep 2020 17:45 WIB
Pengunjung memilih hasil kerajinan UMKM yang dijajakan seperti tas anyaman, tikar, dan beragam busana yang terbuat dari rotan di Pameran Produk Kerajinan UMKM di SMESCO, Jakarta, Kamis (5/6/2014). Acara tersebut digelar oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dan UMKM dari seluruh Indonesia untuk meningkatkan daya saing dalam menghadapi pasar bebas ASEAN 2015. (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Jumlah pelaku UMKM di Indonesia sangat mendominasi dari total pemain di dunia usaha mencapai sekitar 63 juta. Oleh sebab itu, UMKM merupakan tulang punggung dalam perekonomian Indonesia.

Melihat jumlah yang besar itu, kolaborasi ternyata kunci yang penting agar para UMKM bisa semakin maju dan bisa naik kelas untuk berkontribusi dalam rantai pasok global.

Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Fiki Satari mengatakan, saat ini pemerintah fokus membentuk jaringan konsolidasi antara para pelaku UMKM dengan perusahaan-perusahaan besar. Dalam hal ini, para pelaku UMKM diibaratkan sebagai sekoci yang hendak bergabung dengan kapal induk untuk melanjutkan berlayar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai contohnya itu usaha mebel di Solo. Kita tahu isunya teman-teman di mebel itu bahan baku, bahan setengah jadinya yang susah mendapatkan standar kualitas, dan juga harganya. Nah ini dihadirkan factory sharing-nya. Jadi kalau dulu modelnya hibah mesin, kalau sekarang nggak. Kita cek dulu sebuah sistem, ada konsolidatornya, hulu ke hilirnya, bahan baku, corrective processing-nya, ada pembiayaannya, ada agregatornya, dan off taker-nya. Jadi hulu ke hilir dicek dulu stakeholder-nya, dijahit, disepakati, kita baru intervensi terkait corrective processing tadi. Ini pendekatan yang pemerintah lakukan," kata Fiki dalam webinar Pahlawan Digital UMKM, Sabtu (12/9/2020).

Ia mengatakan, kolaborasi jauh lebih baik dibandingkan berkompetisi dengan pelaku UMKM yang memiliki kesamaan.

ADVERTISEMENT

"Kalau UKM terus didorong untuk bikin brand, nggak akan compete. Contoh Bakpia Pathok sudah berapa merek? Saya punya clothing di Bandung, akhirnya berkompetisi dengan teman sendiri. Ketika sudah dikonsolidasi ini harapannya ke depan kita ada konvoi, misalnya di Grab, di Facebook, di Instagram. Kita bicara semua sektor, bisa nggak konsolidasi?" jelas Fiki.

Cara pertama untuk mengkonsolidasikan UMKM adalah mengumpulkannya dalam satu wadah, misalnya koperasi. Dengan berkumpul, maka pemerintah akan mudah mendatanya untuk nanti dikonsolidasi. Harapannya, dengan konsolidasi para UMKM bisa go internasional.

"Cita-cita 2024 bisa IPO, bisa selevel IKEA. Kan sama saja, brand luar negeri itu kan berkonsolidasi dengan UKM. Mereka jaga akurasinya, mereka jaga stock planning-nya, terus maju bareng-bareng, dan akhirnya nggak bunuh-bunuhan sama yang lain, dan akhirnya masuk ke supply chain. Jadi pentingnya berkonsolidasi dengan kapal induk adalah sebenarnya UMKM belajar masuk ke supply chain industry," papar Fiki.

Dalam kesempatan yang sama, Director of East Indonesia Grab Indonesia Halim Wijaya mengatakan, sebagai perusahaan besar atau kapal induk, Grab tak bisa berdiri sendiri. Begitu juga dengan perusahaan besar lainnya. Oleh sebab itu, konsolidasi dengan UMKM ini tak hanya membantu pengusaha kecil, tapi juga sebaliknya.

"Tidak mungkin ada sekarang satu perusahaan yang akhirnya eksklusif dan bekerja sendiri, nggak mungkin. Di era digital, inklusivitas itu sangat penting. Kedua, lokal Indonesia ini sangat luar biasa. Dan juga hyperlocal itu bisa membuka kunci di suatu area, karena dia tahu culture-nya, dan challenge-nya di wilayah itu," tutur Halim.

Hal senada juga dikatakan oleh Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari. Ia mencontohkan, perusahaan naungannya yang sudah meraih kelas dunia pun masih menjalin kerja sama, contohnya dengan Grab. Oleh sebab itu, menurutnya sangat penting bagi UMKM turut menjalin kerja sama dengan pelaku usaha lainnya.

"Inovator menurut saya khususnya dalam membantu UMKM itu bukan hanya sifatnya menjadi inovator, lalu membuat produk dan jasa inovatif. Tapi menurut saya mereka juga mempunyai tanggung jawab yang lebih bagaimana bisa memberikan semangat ke teman-teman lain, sharing ilmu. Kalau misalnya pemain besar seperti Facebook bisa bekerja sama, saya berharap teman-teman di bawah, kapal-kapal sekoci harus bekerja sama, saling berbagi ilmu," pungkas Ruben.




(ara/ara)

Hide Ads