Luhut Beberkan Alasan Pemerintah Buka Pintu Lebar buat TKA

Luhut Beberkan Alasan Pemerintah Buka Pintu Lebar buat TKA

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 16 Sep 2020 08:30 WIB
Menko Luhut Binsar Pandjaitan kunjungan ke Labuan Bajo
Foto: Dok. Kemenko Kemaritiman dan Investasi
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka-bukaan tentang alasan pemerintah membuka keran tenaga kerja asing (TKA) masuk ke Indonesia.

Belakangan ini, keberadaan tenaga kerja asing di Indonesia menjadi perbincangan khalayak. Apalagi di tengah masyarakat yang butuh pekerjaan.

Luhut mengatakan, penerimaan TKA karena Indonesia kekurangan ahli teknik. Berdasarkan data Fakultas Teknik Universitas Indonesia, kebutuhan sarjana teknik di Indonesia mencapai 117.982 orang pada 2019.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara yang tersedia hanya 20.635 orang. Sedangkan untuk lulusan D3 teknik, kebutuhannya mencapai 194.183 orang dan yang tersedia hanya 5.242 orang.

"Kalau orang ribut kenapa juga nggak pakai kita punya? Ini data kita ambil dari profesor Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Memang kita nggak punya Pak, kurang kita. Mungkin sarjana sosial hukum tapi di teknik kita kurang," kata Luhut dalam acara Sarasehan 100 Ekonom dengan tema Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Negara Maju dan Berdaya Saing, Jakarta, Selasa (15/9/2020).

ADVERTISEMENT

"Makanya sekarang kita fokus politeknik di Morowali, di Konawe, dalam bidang-bidang teknik dan politeknik di Bintan," sambung mantan Menko Polhukam itu.

Menurut Luhut, kurangnya lulusan teknik di tanah air karena pengembangan sekolah teknik di tanah air belum dipikirkan secara khusus. Begitu juga dengan sekolah vokasi yang masih sedikit di tanah air.

"Kan berpuluh tahun kita nggak ada yang mikir ini Pak. Siapa yang mikir saya tanya? Sekarang karena terpaksa kita buat. Kebutuhan tenaga kerja vokasi berdasarkan industrinya. Ini tdk ada. Jadi kita pakai dulu mereka (asing), setelah kita pakai bertahap baru kita kurangi," ungkapnya.

Dia menambahkan seperti di Morowali jumlah tenaga kerja asing mencapai 3.000 orang. Jumlah ini pun nantinya akan berkurang seiring politeknik yang sudah dibuat menghasilkan para ahli teknik asli Indonesia.

"Sekarang bapak ibu lihat Freeport sudah 50 tahun, berapa pekerja asingnya di sana. Kemudian poltek kita buat seperti ini di Kemenristek, perindustrian dan libatkan ITB, UI semua dari sana. Ada yang mikir sampai sana? Kan nggak ada cuma kritik aja. Makanya ini yang ada di board pemerintah," kata Luhut.

Pemanfaatan TKA terjadi pada proyek kereta cepat Jakarta-Bandung (JKT-BDG). Proyek itu menyerap banyak tenaga kerja, di mana setidaknya ada 14.500 pekerja terlibat dalam proyek itu yang berasal dari Indonesia dan China.

Direktur Utama (Dirut) PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Chandra Dwiputra merinci, pekerja dari China sekitar 2.100 orang dan sisanya memanfaatkan pekerja lokal alias Indonesia.

"Total pekerja sekarang sudah 14.500. Waktu kita sama Bu Menaker (Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah) kan sekitar 12.000, sekarang sudah 14.500 totalnya. Campur jadi China-nya sekitar 2.100," kata Chandra saat meninjau peletakan girder di casting yard 1 proyek kereta cepat JKT-BDG, di sisi KM 29 Tol Jakarta-Cikampek, Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (2/9/2020).

Jumlah tersebut merupakan total keseluruhan pekerja yang garap proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Pasalnya, sebanyak 500 pekerja asal China yang sempat dilarang ke Indonesia karena pandemi COVID-19 sudah bekerja lagi.

"Alhamdulillah sudah kembali. (Pekerja China) sekitar 500-an," jelasnya.

Adanya pekerja asing diharapkan dapat menjadi media transfer teknologi dan pengetahuan untuk pekerja Indonesia. Ke depan, Chandra berharap pekerja Indonesia bisa memiliki keahlian yang sama.

"Kalau Anda lihat barang ini di Indonesia kan pertama kali, ini harus ditransfer jadi skill-nya dari China ke sini, sambil dia bekerja sambil melatih. Kan tahu juga Pak Jokowi minta lanjut ke Surabaya kan, nah bagaimana supaya tenaga kerja Indonesia bisa mengerjakannya, inilah tempatnya," ucapnya.

Chandra menyebut setelah pandemi COVID-19 berakhir akan kembali mengundang mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk transfer pengetahuan.

"Dulu kita sempat datang mahasiswa sekitar 2.000 orang gantian untuk transfer pengetahuan. Ini kalau COVID sudah reda mungkin kita akan buka kembali. Harapan kami masyarakat Indonesia dengan kereta cepat sudah tidak awam, bukan hal baru lagi," tuturnya.




(hek/eds)

Hide Ads