Investigator internasional menyimpulkan perusahaan emas berbasis di Dubai, Kaloti membeli emas dari jaringan kriminal. Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) telah didesak penegak hukum enam tahun lalu soal adanya masalah pencucian uang namun peringatan itu tidak ditanggapi.
Seperti dikutip BBC, Rabu (23/9/2020), hasilnya Kaloti terus menjual emas berton-ton ke sejumlah perusahaan.
"Hasilnya, Kaloti terus menjual berton-ton emas ke perusahaan dalam rantai pasokan Apple, General Motors, dan Amazon, yang menggunakan logam mulia sebagai komponen. Hal ini telah menempatkan perusahaan dan jutaan konsumen tanpa sadar mendanai aktivitas kriminal," tulis laporan BBC dikutip Rabu (23/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Ssst! Ada yang Borong Bitcoin Rp 8,8 T |
Departemen Keuangan AS tidak menanggapi permintaan komentar. Sementara, perwakilan Kaloti membantah terlibat dalam kejahatan dan pelanggaran apapun.
Lebih lanjut, dalam sebuah dokumen rahasia yang dilihat International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) dan BBC mengungkap Departemen Keuangan AS didesak oleh investigator pada tahun 2014 untuk mengeluarkan peringatan tersebut setelah penyelidikan selama tiga tahun.
Dengan nama sandi 'Honey Badger' dan dipimpin oleh Drug Enforcement Administration (DEA), investigasi menyimpulkan Kaloti terlibat dalam skema untuk mengangkut atau mentransfer sejumlah 'nilai' terlarang melalui penggunaan emas sebagai komoditas.
Berdasarkan skema yang dijelaskan dalam dokumen, penjahat di mana pun di dunia dapat menggunakan uang narkoba atau uang tunai lain yang diperoleh secara tidak sah untuk membeli emas bekas seperti perhiasan bekas dan membawanya ke Kaloti.
Sebagai imbalan atas emas tersebut, menurut investigator, Kaloti akan menawarkan uang tunai dalam jumlah besar atau mengirimkan transfer kepada mereka.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Pada tahun 2014, DEA merekomendasikan bahwa Departemen Keuangan AS harus secara terbuka menunjuk Kaloti sebagai masalah utama pencucian uang di bawah US Patriot Act. Di mana, itu akan berisiko pada bank global yang berbisnis dengan mereka.
Namun, Departemen Keuangan AS tidak pernah mengambil tindakan terhadap Kaloti. Mantan pejabat mengatakan pihaknya menunda keputusan atas rekomendasi tersebut, prihatin dengan reaksi Uni Emirat Arab, sekutu diplomatik utama, tempat Kaloti bermarkas. Ketika UEA gagal bertindak atas inisiatifnya sendiri, penyelidikan tersebut dibatalkan.
Kaloti tidak memiliki kesempatan untuk melihat atau menggugat bukti apapun karena tidak diperiksa oleh penyidik, dan mungkin ada alasan yang tidak diungkapkan yang membenarkan mengapa laporan tersebut tidak ditindaklanjuti.
Sementara itu, penyelidikan yang belum pernah diumumkan pemerintah AS itu didukung oleh membanjirnya laporan aktivitas mencurigakan dari bank-bank di seluruh dunia yang menangani uang Kaloti.
Pemberi pinjaman termasuk Deutsche Bank dan Barclays menyerahkan 34 laporan terpisah tentang Kaloti ke Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan (FinCEN) Departemen Keuangan AS, menyoroti ribuan transaksi mencurigakan dari 2007 hingga 2015 senilai US$ 9,3 miliar (ÂŖ 7,26 miliar).
Pada tahun 2017, sebuah geng pencucian uang dihukum di Prancis karena mencuci hasil penjualan narkoba di seluruh Eropa termasuk Inggris.
Oktober lalu, BBC Panorama mengungkapkan bahwa sebuah perusahaan yang dikendalikan oleh geng tersebut Renade International, telah menjual emas senilai US$ 146 juta (ÂŖ 114 juta) ke Kaloti pada tahun 2012 saja yang merupakan bagian dari pembelian emas senilai US$ 5,2 miliar yang dibayar dengan uang tunai.
Kaloti dengan keras menyangkal pernah bertindak tidak pantas dan mengatakan tidak pernah dituduh atau dihubungi oleh otoritas AS tentang kesalahan.
(acd/ara)