Untuk outlook global dari IMF tidak ada perubahan karena masih Juni lalu, di tahun ini global ekonomi kontraksi dekati 5% yakni 4,9%.
World Bank juga masih sama outlook dari proyeksi ekonomi dunia -5,2%. Hanya OECD yang melakukan revisi September ini dengan menyampaikan, Global Economic Outlook untuk 2020 adalah -4,5% lebih baik dari proyeksi OECD Juni, kontraksi ekonomi dunia bisa capai -6 sampai -7,6%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk tahun depan semua lembaga internasional prediksi pemulihan ekonomi dunia pada kisaran antara 4-5%. Ini tentu sebagai konsekuensi dari tahun ini yang menurun tapi saat bersamaan, juga asumsi kondisi COVID-19 tetap terjaga atau dikelola dan mulai tersedianya vaksin yang sebabkan kondisi kegiatan ekonomi bisa lebih ditingkatkan.
Juga tentu stimulus oleh semua negara diharapkan bisa berikan dampak dari minimalnya penurunan ekonomi atau menguatnya pemulihan ekonomi tahun depan.
COVID-19 berikan tekanan ke semua negara dan semua negara melakukan countercyclical melalui fiskal dan moneter dan regulasi lain. Di seluruh dunia dampaknya sangat besar dari kenaikan defisit seluruh negara.
Kurva atas gambarkan gimana pertumbuhan pada kuartal II-2020 di semua negara yg kontraksi dalam. Indonesia di -5,3% tapi semua negara alami kontraksi dalam. Rusia -8,5%, Hongkong 9%, AS 9,5%, Jepang 9,9%, Jerman 11,7%.
Semua negara ASEAN 5 double digit, kontraksi Thailand 12,2%, Singapura 13,2%, Filipina bahkan 16,5% dan Malaysia 17,1%.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan saat RI Resesi? |
Ini gambaran kuartal II-2020 merupakan kuartal yang sangat berat bagi semua ekonomi. Negara Eropa bahkan kontraksi atas 20%. UK, Spanyol, Prancis dan kemudian negara seperti India yang mengagetkan, kuartal II-2020 kontaksinya dekati 24%. Sangat Dalam.
Di sisi lain, kuartal III-2020 forecast mereka juga masih belum capai zona positif meskipun kalau kita lihat oranye, mereka dalam posisi sangat kontraksi dalam. Technically, semua negara sudah masuk resesi bahkan sebelum kuartal II-2020 negatif, seperti negara Eropa, Italia, Prancis.
Jadi kalau kuartal III-2020 negatif berarti 3 kuartal berturut-turut alami kontraksi.
Negara ASEAN sekitar kita Malaysia, Filipina di kuartal III-2020 juga alami tekanan kontraksi cukup dalam.
Di sisi lain, countercyclical dengan stimulus, menyebabkan defisit APBN di negara-negara tersebut mengalami pelebaran defisit dan tentunya dengan demikian, kenaikan utang pemerintah terhadap GDP akan meningkat. Kenaikan di atas 10%.
Di negara maju mampu defisit di atas 10%, Spanyol 11,5%, UK 13,8%, Prancis 11,4%. Ini semua dalam kurun waktu kurang 1 tahun, defisit melonjak di atas 10%, double digit yang akan tingkatkan eksposure utang mereka.
Negara lain dengan defisit relatif kecil tapi tetap dalam. India defisit 7,2%, itupun masih alami kontraksi ekonomi hingga 23,9%, Meksiko defisit 5% kontraksinya 18,9%, kuartal III-2020 masih akan double digit 11,5%.
Negara di ASEAN kita Malaysia dengan defisit mencapai 6,5% dan tadi pertumbuhan ekonomi di 17% dan kuartal depan masih negatif 4,5%.
Thailand defisit 6%, dari tadi 2,8% dan tadi saya sampaikan kontraksi ekonomi 12,2% dan kuartal III-2020 diprediksi kontraksi 9,4%.
Indonesia juga alami pelebaran defisit ke 6,3% dari tadinya ada di 1,76% dan defisit kita dengan 6,3%, kuartal II-2020 kontraksi 5,3%. Nanti kuartal III-2020 forecast-nya saya sampaikan.
Simak Video "Video Menkeu Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI Jadi 4,7-5%"
[Gambas:Video 20detik]