Tauhid menuturkan, jika Indonesia mengalami depresi, maka imbas yang bisa dilihat adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang lebih masif dan tingkat pengangguran meningkat drastis.
"Terburuknya di 2021 bisa sampai angka 14 juta orang masuk di kelompok pengangguran. Jadi kalau ekonomi turun kan otomatis pendapatan masyarakat turun. Dan dampak terburuknya adalah PHK," terang Tauhid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menambahkan Tauhid, Faisal mengatakan depresi juga berimbas pada kinerja dunia usaha seperti pendapatan menurun, dan sebagainya.
"Kalau depresi, kalau bertahun-tahun tidak pulih, ya berarti karena dia semakin panjang masa kontraksinya itu berarti dia semakin luas dampak negatifnya. Misalnya penurunan penjualan, penurunan keuntungan, makin banyak yang menganggur, yang miskin," tutur Faisal.
Namun, kedua ekonom Tanah Air itu sepakat tanda-tanda depresi belum terlihat di Indonesia.
"Ya nggak, itu ada arus balik. Kalau dia naik, kalau sampai menuju 0 saja nggak disebut nol itu. Depresi itu ketika kontraksinya mendalam terutama di kuartal IV-2020 nanti," tegas Tauhid.
Faisal menambahkan, depresi itu akan terjadi ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara mengalami kontraksi lebih dari satu tahun. Namun, di Indonesia sendiri kemungkinan besar trennya akan terus membaik, bukan semakin mendalam.
"Enggak sih kalau depresi. Kalau depresi berarti kalau sudah bertahun-tahun. Kalau nanti kuartal IV-2020 kalaupun kontraksi kan berarti baru 3 kuartal. Berarti kan belum. Apalagi melihat trennya. Kalau kami prediksi trennya itu walaupun ada potensi kontraksi, tapi saya rasa yang terdalam sudah kita lewati, di kuartal II-2020. Jadi kuartal III-2020 membaik, trennya di kuartal IV-2020 juga akan lebih baik, walaupun masih ada potensi negatif lagi," tandas Faisal.
Simak Video "3 Tahun Hidup Sebatang Kara, Latifah Dievakuasi Polisi"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)