Ekonomi China Belum Sepenuhnya Pulih, Ini Sektor yang Masih 'Luka'

Ekonomi China Belum Sepenuhnya Pulih, Ini Sektor yang Masih 'Luka'

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 24 Sep 2020 11:30 WIB
Ilustrasi bendera China/ebcitizen.com
Foto: Internet/ebcitizen.com
Jakarta -

Pemulihan ekonomi di China dari krisis pandemi COVID-19 hanya dirasakan oleh sebagian wilayah di negara itu. Menurut survei independen China Beige Book masih banyak masalah yang dihadapi China.

Mengutip dari CNBC, Kamis (24/9/2020) ekonomi terbesar kedua di dunia itu menjadi negara pertama yang terkena pandemi COVID-19. Lebih dari separuh wilayah di negara itu ditutup pada awal Februari guna menekan penyebaran virus.

Saat itu pertumbuhan ekonomi kuartal-I 2020 anjlok 6,8%. Ketika kasus positif menurun ekonomi mulai dibuka kembali, dan produk domestik bruto (PDB) China naik 3,2% pada kuartal-II 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Data yang dirilis pemerintah dalam beberapa bulan sejak itu menunjukkan pemulihan lebih lanjut secara keseluruhan. Ekonom China mengharapkan PDB kuartal-III tumbuh 5,2% dari tahun lalu.

China Beige Book melaporkan lebih dari 3.300 bisnis di negara itu pada 13 Agustus dan 12 September menunjukkan masih ada pertumbuhan. Perusahaan melakukan survei setiap tiga bulan.

ADVERTISEMENT

Laporan tersebut menemukan pendapatan dan laba kuartal-III di setiap wilayah turun dua digit dari tahun lalu. Sementara sebagian besar provinsi yang melakukan pembatasan jangka panjang mengalami penurunan output dan pesanan domestik dari kuartal sebelumnya.

Di balik turunnya perekonomian China, tingkat ketenagakerjaan mengalami peningkatan pada kuartal-III. Pada sektor manufaktur pekerja masih selamat karena sejumlah perusahaan masih mengantongi keuntungan. Ritel juga masih mengalami lonjakan volume penjualan.

"Secara geografis, kondisi pasar tenaga kerja lebih baik daripada Q2 di setiap wilayah. Konon, perekrutan terkuat di pesisir pantai China. Seperti Shanghai mengalami pertumbuhan pekerjaan hampir dua kali lipat dari banyak provinsi," kata Direktur Pelaksana China Beige Book Shehzad Qazi.

Biro Statistik China melaporkan tingkat pengangguran 5,6% pada Agustus, Angka itu turun 0,1% dari Juli. Namun, survei itu dianggap masih meragukan.

Melihat prospek pertumbuhan jangka panjang ekonomi China, analis lain menunjuk ke masalah lain yang masih belum terselesaikan.

Masalah mendasar lainnya yang dialami ekonomi China, pemulihan pada sektor jasa. Qazi mengungkap pinjaman untuk perusahaan jasa kemungkinan lebih banyak ditolak dibandingkan untuk perusahaan properti.

Konsultasi dan Penelitian Perusahaan Rhodium Group Logan Wright, Lauren Gloudeman, dan Daniel H. Rosen mengatakan China menghadapi masih mengalami lebih masalah ekonomi. Seperti anjlloknya sistem keuangannya yang dapat menyebar ke krisis yang lebih luas.

Selain itu mereka juga mengungkap siklus di sektor properti juga menyerang inti dari beberapa kerentanan ekonomi China dalam mengatasi tekanan finansial. Tidak ada catatan kuat tentang pembuat kebijakan di negara mana pun yang mampu menurunkan masalah sektor properti.



Simak Video "Video Update Situasi Kasus Covid-19 di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads