Jam Malam Dimulai, Hiburan Malam di Inggris Kian Terkulai

Jam Malam Dimulai, Hiburan Malam di Inggris Kian Terkulai

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 25 Sep 2020 11:55 WIB
Pub bir lokal di Inggris
Ilustrasi/Foto: Istimewa
Jakarta -

Pemerintah Inggris sempat mengimbau agar pub, bar, dan restoran untuk tutup sementara akibat tingginya kasus pandemi COVID-19 gelombang pertama. Seperti salah satu pub atau tempat hiburan malam di London Southampton Arms yang terpaksa tutup.

Sekarang, Southampton Arms kembali bermasalah. Mulai Kamis, pemerintah Inggris kembali memberlakukan pembatasan baru. Hal itu dilakukan untuk menekan penularan gelombang kedua kasus pandemi COVID-19.

Dikutip dari CNN, Jumat (25/9/2020) pub, restoran dan bar diberlakukan jam malam, pukul 22.00 wajib tutup. Pub di Skotlandia dan Wales juga menghadapi jam malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pendiri dan Ketua jaringan pub Wetherspoon Tim Martin mengatakan kebijakan baru pemerintah terdengar bukan ancaman besar. Namun, bagi bisnis kecil yang telah terperosok akibat pandemi terancam masuk jurang kebangkrutan. Dampaknya mempengaruhi ribuan pekerja terutama bisnis pusat ekonomi Inggris.

Dalam sejarahnya bisnis pub telah ada di Inggris sejak 1946. Pub telah mempertahankan daya tariknya bagi banyak orang Inggris. Bahkan ketika saingan di seluruh negeri telah meningkat. Historis pub dipertahankan, salah satu yang masih eksis adalah London Bridge pub The George.

ADVERTISEMENT

"Pub adalah dasar masyarakat Inggris. Ini lebih dari sekadar tempat di mana Anda bisa pergi dan minum," kata Pete Brown, penulis "The Pub: A Cultural Institution".

Itu berarti ketika pemerintah Inggris memerintahkan semua pub ditutup pada bulan Maret untuk pertama kalinya dalam sejarah negara. Banyak warga Inggris bingung, mengingat Pub tetap buka selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II untuk meningkatkan moral.

"Saya menerima bahwa apa yang kami lakukan luar biasa. Kami mencabut hak kuno yang tidak dapat dicabut dari orang-orang Inggris yang lahir bebas untuk pergi ke pub, dan saya dapat memahami perasaan orang tentang itu." kata Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Bahkan sebelum pandemi melanda, industri tersebut tengah terpuruk, karena orang-orang lebih memilih minuman di bar, restoran, dan rumah mereka. Kantor Statistik Nasional Inggris mencatat antara 2008 dan 2018, lebih dari 11.000 pub tutup, mengurangi jumlah total hampir seperempat.

Pub Southampton Arms mengatakan khawatir akan jam malam yang diberlakukan pemerintah. Hal itu disebut-sebut akan membuat bisnis kehilangan konsumen lebih banyak.

Pemilik pub Old Neptune di Whitstable Darren Wilton, mengatakan pembatasan akan menghancurkan bisnis. Dia mengungkap sejumlah bar dan pub tidak memiliki desain yang memenuhi jarak sosisal. Ruangan yang mereka miliki juga cukup sempit, hal itu tentu akan mengurangi konsumen untuk minum di tempat.

Selain pukul 22.00 waktu tutup dan layanan meja yang dibatasi. Pub di Inggris menghadapi aturan baru. Pelanggan dan pekerja diharuskan oleh hukum untuk memakai masker di dalam ruangan kecuali sedang makan atau minum.

Pemerintah Johnson telah membela pembatasan baru sebagai hal yang penting mengingat lintasan penyebaran pandemi COVID-19 yang mengkhawatirkan. Petugas media Inggris melaporkan kasus COVID-19 meningkat dari 6.178 menjadi 50.000 orang.

"Saya tidak berpikir banyak ilmuwan percaya bahwa memiliki jam malam akan membawa virus di bawah kendali," kata Martin dari Wetherspoon. "Itu tidak masuk akal." tambahnya.

Sejauh ini, banyak pub tetap bertahan dengan bantuan pemerintah, yang telah menawarkan satu kali hibah US$ 12.728 setara Rp 189 juta (kurs Rp 14.800) kepada usaha kecil dan keringanan pajak.

Menteri keuangan Rishi Sunak mengumumkan subsidi upah baru dan program pinjaman, dan pemotongan pajak penjualan sebesar 15% untuk sektor perhotelan akan diperpanjang hingga Maret 2021.



Simak Video "Video: Ekspresi Para Pelajar saat Jam Malam di Bandung Mulai Diberlakukan"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads