Erick Thohir Bakal Bubarkan 14 BUMN, Termasuk yang Dhuafa?

Erick Thohir Bakal Bubarkan 14 BUMN, Termasuk yang Dhuafa?

Trio Hamdani - detikFinance
Selasa, 29 Sep 2020 11:37 WIB
Sejumlah tamu beraktivitas di dekat logo baru Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/7/2020). Kementerian BUMN meluncurkan logo baru pada Rabu (1/7) yang menjadi simbolisasi dari visi dan misi kementerian maupun seluruh BUMN dalam menatap era kekinian yang penuh tantangan sekaligus kesempatan. ANATAR FOTO/Aprillio Akbar/nz
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Jakarta -

Sebanyak 14 badan usaha milik negara (BUMN) akan dilikuidasi alias dibubarkan melalui PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA. Kementerian BUMN telah memetakan kondisi BUMN yang akan dipertahankan dan dibubarkan.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga memaparkan, sebanyak 41 BUMN akan dipertahankan dan dikembangkan dari total BUMN saat ini sebanyak 108. Kemudian, sebanyak 34 BUMN akan dikonsolidasikan atau dimerger. Selanjutnya, sebanyak 19 BUMN akan dikelola atau dimasukkan ke PPA.

"Yang akan dilikuidasi melalui PPA, 14. Ini akan membuat BUMN menjadi ramping," katanya dalam diskusi online, Senin (28/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sayangnya Arya tidak menjelaskan secara rinci mana saja BUMN yang akan dilikuidasi, atau kriteria BUMN yang layak untuk dibubarkan.

Tapi berdasarkan catatan detikcom, setidaknya ada sembilan BUMN yang mendapat cap perusahaan sakit atau 'dhuafa' sehingga masuk dalam penanganan atau pasien PT PPA.

ADVERTISEMENT

Sebanyak sembilan perusahaan itu adalah PT Merpati Nusantara Airline (MNA), PT Survai Udara Penas, PT Industri Gelas, PT Kertas Kraft Aceh, PT Industri Sandang Nusantara, PT Kertas Leces, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT Industri Kapal Indonesia.

Berdasarkan keterangan Direktur Konstruksi Bisnis dan Manajemen Aset PT PPA Dikdik Permadi yang kala itu masih menjabat, menyatakan dari sembilan perusahaan tersebut PT Kertas Leces gagal untuk diselamatkan. Perusahaan ini sudah dinyatakan pailit dan kini sedang menunggu likuidasi aset.

"Pertama paling cepat Leces, bukan cepat lagi itu udah pailit tinggal lelang kurator untuk likuidasi asetnya. Nanti dibagikan ke kreditur," ucap Dikdik saat berbincang bersama wartawan di Bandung, Kamis (14/11/2019).

Lanjut ke halaman berikutnya>>>

Untuk Merpati, katanya dalam proses penyehatan. Meski belum mendapat suntikan modal, maskapai pelat merah ini mulai beroperasi lewat kerja sama operasi kargo.

"Selanjutnya Merpati kita ini sudah optimalkan asetnya mereka, kami lakukan pendampingan untuk kerja sama kargo ke timur dengan 10 BUMN," ucap Dikdik.

Dikdik melanjutkan, PT Industri Gelas menunjukkan progres yang cukup baik. BUMN ini akan segera merambah industri fiberglass dengan bekerja sama dengan Perusahaan Gas Negara (PGN).

"Kalau terkait Iglas (Industri Gelas) kita sedang mulai kajian untuk coba melakukan support pembuatan pipa-pipa fiberglass. Saat ini kita kajian dengan PGN, mereka butuh pipa fiberglass. Nanti kita akan mulai dari situ, selama ini kan mereka setop operasi juga," ucap Dikdik.

Dikdik juga memaparkan, Industri Sandang Nusantara akan mengubah pola bisnisnya. Sebelumnya, perusahaan ini fokus ke industri hulu tekstil dengan pemintalan benang. Kini, bisnis akan berubah mengurus industri hilir garmen.

"ISN (Industri Sandang Nusantara) fokusnya nggak ke hulu lagi dia akan training untuk mengurusi industri garmen sekarang fokusnya. Mereka juga baru saja lelang aset di Bali, dari hasil itu bisa selesaikan kewajiban kepada kreditur, sisa asetnya ada sembilan pabrik pemintalan," ungkap Dikdik.

Lantas apakah BUMN 'dhuafa' di atas yang dibidik Kementerian BUMN untuk dibubarkan? detikcom masih menunggu keterangan resmi dari Kementerian BUMN.


Hide Ads