Ramalan Bank Dunia soal Ekonomi RI Minus Tahun Ini

Ramalan Bank Dunia soal Ekonomi RI Minus Tahun Ini

Anisa Indraini - detikFinance
Rabu, 30 Sep 2020 08:00 WIB
Suasana aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal, Jakarta Utara, Rabu (5/9/2018). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan tetap jalan di tengah nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terpuruk. Begini suasananya.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) telah membuat hampir semua negara masuk resesi. Indonesia diprediksi menjadi salah satunya. Bank Dunia (World Bank) dalam proyeksi terbarunya menyebut ekonomi Indonesia pada 2020 bisa -1,6% sampai -2%.

Angka itu turun dibandingkan outlook Bank Dunia pada Juli yang memperkirakan ekonomi Indonesia masih bisa bertahan di nol persen. Ekonomi Indonesia diprediksi baru bisa kembali pulih pada 2021 dengan pertumbuhan 4,4% dan skenario buruk pertumbuhannya hanya mencapai 3%.

Chief Economist East Asia and Pacific dari World Bank, Aaditya Mattoo mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dan tahun depan bergantung kepada pengendalian penyebaran COVID-19 dan percepatan ketersediaan vaksin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Berdasarkan asumsi terjadinya pemulihan dan normalisasi kegiatan secara berlanjut di negara-negara besar, dikaitkan dengan kemungkinan diproduksinya vaksin," kata Mattoo dalam Laporan Ekonomi Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik edisi Oktober, Selasa (29/9/2020).

Secara keseluruhan, kawasan Asia Timur dan Pasifik diproyeksikan mengalami pertumbuhan hanya 0,9% pada tahun ini. Bank Dunia mencatat, angka tersebut merupakan yang terendah sejak 1967.

ADVERTISEMENT

Apa dampak ngeri yang ditimbulkan? Klik halaman selanjutnya.

World Bank memprediksi lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia akan makan lebih sedikit dari biasanya. Hal itu dikarenakan kurangnya uang dari penghasilan karena terdampak pandemi, sehingga mereka akan membatasi makanan.

Mattoo mengatakan sebenarnya proporsi rumah tangga yang menghadapi kekurangan pangan telah turun antara Mei atau awal Juni. Namun lebih dari sepertiga sampai seperempat rumah tangga dilaporkan masih kekurangan makanan.

"Lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia akan makan lebih sedikit. Kerawanan pangan dapat didorong oleh hilangnya pendapatannya karena COVID-19," ucapnya.

Tidak hanya itu, World Bank juga memprediksi akan ada tambahan sebanyak 38 juta masyarakat di kawasan Asia Timur dan Pasifik yang jatuh dalam kemiskinan karena pandemi ini.

"Jumlah masyarakat yang hidup dalam kemiskinan di kawasan ini diprediksi mengalami penambahan sebanyak 38 juta orang pada 2020, termasuk 33 juta orang yang seharusnya sudah dapat lepas dari kemiskinan dan 5 juta lainnya terdorong kembali ke dalam kemiskinan," tuturnya.

Meski pemerintah di masing-masing negara telah mengalokasikan anggaran untuk bantuan, ditemui masih ada beberapa negara yang bantuan pemerintahnya baru menjangkau kurang dari seperempat jumlah rumah tangga yang pendapatannya terpuruk, dan hanya 10-20% perusahaan melaporkan telah menerima bantuan sejak mulai adanya pandemi.

"Pemerintah negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik telah mengalokasikan rata-rata 5% dari nilai PDB-nya untuk meningkatkan sistem kesehatan, membantu rumah tangga menjaga konsumsinya dan membantu perusahaan menghindari kepailitan. Akan tetapi, beberapa negara mengalami kesulitan untuk memperluas program perlindungan sosialnya yang terbatas, di mana sebelumnya mereka membelanjakan hanya kurang dari 1% PDB-nya," sebutnya.



Simak Video "Video Sri Mulyani soal Inflasi RI Rendah: Tak Terkait dengan Daya Beli"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads