Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan sisi permintaan nasional masih belum pulih dan menjadi penyebab deflasi terjadi tiga bulan berturut-turut.
Deflasi terjadi di sepanjang kuartal III atau periode Juli-Agustus-September tahun ini. Berdasarkan catatan BPS, deflasi pada bulan Juli tercatat sebesar 0,10%, pada bulan Agustus deflasi sebesar 0,05%, sementara pada September deflasi 0,05%.
"Menunjukkan permintaan belum pulih secepat yang dibayangkan," kata Febrio dalam video conference, Jakarta, Kamis (1/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rendahnya tingkat permintaan atau daya beli nasional, dikatakan Febrio juga terlihat dari inflasi inti yang sebesar 1,89%. Angka ini tercatat paling rendah sepanjang Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI) mulai menghitungnya pada 2004.
Febrio menjelaskan, permintaan akan terus menurun jika pertumbuhan ekonomi nasional sendiri masih berada di zona negatif.
"Sepanjang pertumbuhan ekonomi masih negatif, biasanya inflasi akan rendah dan dalam konteks ini 3 bulan berturut-turut deflasi kecil," ungkapnya.
Dengan kondisi seperti itu, menurut Febrio pemerintah langsung melaksanakan beberapa program yang bisa membantu meningkatkan sisi permintaan atau daya beli masyarakat melalui perlindungan sosial.
"Ini jadi sinyal bagi pemerintah, interpretasinya bahwa sisi permintaan masih belum pulih. Masih harus kita pastikan seperti perlindungan sosial masih lanjut terus sampe akhir tahun dan lumayan on schedule tiap bulan ada disbursement sampai Rp 200 triliun lebih," ungkapnya.
Baca juga: RI Sudah Deflasi 3 Bulan Berturut-turut |