Usaha Kecil dan menengah (UMK) pembuatan batik tulis di Kecamatan Bayat, Klaten kini kondisinya bak hidup segan mati tak mau. Produksi mayoritas perajin batik tulis macet sejak wabah COVID-19 menghantam Klaten.
" Ini sudah hampir kolaps para perajin batik tulis sejak ada Corona bulan Maret. Ini sudah tidak berproduksi," ujar perajin batik tulis di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Panggung (68) pada detikcom, Jumat (2/10/2020) siang.
Panggung menjelaskan sebelum Corona melanda dalam sebulan rumah batiknya mampu memproduksi dan memasarkan 100 potong kain. Namun sejak ada Corona produksi nol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak bulan Maret sampai sekarang produksi nol. Padahal tenaga yang saya pekerjaan sekitar 300 orang mulai dari nembok, ngengreng, nerusi, ngukeli dan lainnya," tutur Panggung.
Menurut Panggung, setelah tidak ada permintaan dan tidak ada produksi, perajin bersiap gulung tikar. Padahal sebelum COVID, omset sebulan bisa Rp 20 juta - Rp 30 juta.
Dikatakan Panggung, di desanya yang dulu jadi sentra batik tulis kini hanya ada lima perajin. Tidak adanya perajin muda membuat tidak ada inovasi.
Batik tulis produksi Paseban, sambung Panggung adalah pemasok utama ke Pasar Klewer dan Jakarta. Sejak COVID pasar sepi ditambah tidak ada resepsi pernikahan membuat perajin makin terpuruk.
" Kita kan batiknya untuk jarit , baik motif wahyu tumurun, Sido luhur, truntum, dan sebagainya. Kalau tidak ada hajatan tidak ada yang beli," pungkas Panggung.
Pemilik rumah batik tulis CJ di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Fitriyadi (32) mengatakan dampak COVID membuat produksi dan omset anjlok 80 persen. Dari sekitar 25 perajin, hanya dirinya yang mencoba bertahan.
Selain itu orderan turun sejak COVID. Hanya tinggal tempat usaha Fitriyadi yang masih produksi dan lainnya mengurangi atau banyak yang tutup.
Dampak COVID sangat terasa sebab menurunkan omzet sampai 80 persen karena kota-kota besar tidak ada permintaan. Bahkan ada yang berhenti total pesanannya.
"Yang macet total itu Solo dan Yogyakarta sama sekali tidak ada permintaan. Kemarin ada 70 saja ke Yogyakarta cuma nitip dan Jakarta masih ada sedikit," jelas Fitriyadi pada detikcom di rumahnya
Langsung klik halaman selanjutnya