Jakarta -
Demo mahasiswa menolak UU Cipta Kerja hingga berujung ricuh membuat resah pengusaha. Demo sudah berlangsung sejak Rabu 7 Oktober dan berlanjut hingga Kamis 8 Oktober.
Menurut Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani, situasi yang tidak kondusif ini akan berdampak negatif bagi dunia usaha. Salah satunya akan membuat masyarakat menahan belanja atau spending.
"Jangan sampai ada keributan tentunya apalagi sampai masuk ke yang bersifat anarkis. Karena ini juga akan bisa menimbulkan persepsi, pasti tentunya akan ada dampaknya secara langsung maupun tidak langsung, misalnya kalau ada banyak keributan ya tentunya orang mau spending kan juga jadi ragu-ragu," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (8/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Situasi yang tidak kondusif juga menurutnya akan membuat iklim investasi menjadi terganggu. Ujung-ujungnya dunia usaha menunda investasi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani pun berpendapat situasi yang tidak kondusif dari demo ini menguntungkan negara lain karena mereka bisa merebut investor asing yang berpotensi berinvestasi di RI.
"Kalau ada pergolakan dalam negeri sebenarnya yang diuntungkan adalah mereka dari negara-negara lain juga ya. Kan kita berkompetisi dengan negara lain. Jadi ya mereka melihat 'oh ini malah bagus supaya Indonesia ribut-ribut' ya mereka bisa narik (investasi) ke negaranya," ujarnya.
Investor dalam negeri pun jadi dibuat ragu-ragu kalau demo penolakan Omnibus Law Cipta Kerja berlangsung ricuh.
Pengusaha pun menjelaskan manfaat UU Ciptaker bagi mahasiswa yang nantinya akan mencari kerja. Penjelasannya di halaman selanjutnya.
Shinta menjelaskan UU 'Sapu Jagat' ini dibuat untuk menciptakan lapangan kerja yang manfaatnya bisa dirasakan para mahasiswa setelah lulus. Oleh karena itu dirinya heran bila mereka menentang UU Ciptaker.
"Mahasiswa itu kan pencari kerja nantinya. Jadi ini kan kita lakukan untuk mereka juga gitu supaya lapangan pekerjaannya ada. Kok malah didemo. Jadi kadang-kadang kita juga nggak mengerti nih tujuannya apa kok bisa ada demo-demo mahasiswa seperti ini," kata dia.
Jika alasan mahasiswa melakukan demo karena memperjuangkan perlindungan buruh, menurut Shinta UU Ciptaker sudah melakukan itu. Memang, dirinya menilai bahwa UU Ciptaker tidak bisa memuaskan semua pihak, tak hanya kaum buruh tapi juga pengusaha.
Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani juga berpendapat sama.
"Ini kan sebetulnya yang kita perjuangkan yang ada di dalam Undang-undang Cipta Kerja itu justru untuk kebaikan teman-teman mahasiswa sendiri, kenapa? Dengan ini kan kita mendorong penciptaan lapangan pekerjaan," terangnya.
Rosan menjelaskan saat ini tingkat pengangguran di Indonesia masih jadi pekerjaan rumah. Ditambah setiap tahunnya ada penambahan pengangguran dari angkatan kerja baru yang salah satunya adalah lulusan perguruan tinggi.
"Nah yang ingin saya garis bawahi kepada teman-teman mahasiswa adalah ini 2 sampai 2,4 juta lho angkatan kerja baru setiap tahunnya. Ini juga yang kita pikirkan, yang kita coba carikan solusinya dengan apa? Dengan mereka harus bekerja. Dengan mereka harus bekerja, kita harus apa? Ya harus ada perekonomian dan investasi itu bertambah dan makin berkembang, baik secara nasional maupun secara luar negeri," paparnya.