Otoritas Penerbangan Sipil Thailand (Civil Aviation Authority of Thailand/CAAT) sebelumnya telah melarang semua penerbangan internasional ke Thailand hingga akhir Juni.
Thai Airways saat ini dibebani utang luar biasa hingga mencapai 244,9 miliar baht atau setara Rp 112 triliun. Dengan pernyataan kebangkrutan alias kepailitan ini, Thai Airways akan dilindungi dari penyitaan sampai masalah rehabilitasi utang diselesaikan dengan para kreditor dan disetujui oleh pengadilan, proses yang bisa memakan waktu hingga 6 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, jauh sebelum itu, Thai Airways selama ini memang terus mencatat kerugian. Pada 2019 tercatat kerugian sekitar 374,3 juta dolar AS, dan 362 juta dolar AS pada 2018.
Nah, untuk melunasi utang-utang tersebut, maskapai mengambil beberapa kebijakan baru. Salah satunya dengan banting setir jualan gorengan. Gorengan itu adalah patong-go sejenis roti goreng atau cakwe yang per bulannya bisa menghasilkan omzet sekitar 10 juta baht setara Rp 4,7 miliar (kurs Rp 473,9/baht).
Dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (10/10/2020), setiap kotak patong-go dihargai sebesar 50 baht (Rp 23.695) berisi 3 gorengan dan sebungkus saus celup yang terbuat dari ubi ungu dan telur custard.
Atas popularitas dan kesuksesan tersebut, mereka berencana membuat franchise atas produk gorengan tersebut. Sejauh ini, Thai Airways baru punya lima gerai patong-go yang tersebar di seluruh Bangkok. Jajanan gorengan itu juga dijual di dua gerai di provinsi Chiang Mai.
(ara/ara)