Basuki Surodjo atau yang biasa disapa dengan Cobaz mengawali karirnya sebagai juragan warung internet (Warnet) pada tahun 2011. Kini, ia banting setir jadi pengusaha pengadaan alat tulis kerja (ATK) untuk pemerintahan, dan berbagai lini bisnis lainnya, serta menjadi influencer.
Awalnya, Cobaz mencoba berbisnis Warnet pada tahun 2001. Ia mendapatkan inspirasi itu setelah berkunjung ke Taiwan, di mana kakak iparnya bekerja di sebuah Warnet di negara tersebut. Ketika pulang ke Indonesia, ia pun membuka Warnet, dan kala itu baru ada 2 pengusaha yang membuka Warnet di Indonesia.
"Awalnya saya buka Warnet itu 12 komputer. Waktu itu di Indonesia baru ada 2 warnet, saya yang ketiga, tahun 2001. Satu Landak di Pluit, dan Boom di Gajah Mada Plaza, saya yang ketiga. Jadi waktu itu Counter Strike (CS) ramai. Minggu pertama rekor itu 12 komputer, minggu kedua langsung 24 komputer saya. Lalu dalam 4 bulan langsung 40 komputer, terus langsung rekor lagi setahun kemudian 80 komputer, sempat 100-an lebih komputer, dan tempat terbesar di Jakarta," kata Cobaz dalam tayangan d'Mentor bertajuk 'Tajir di Usia Muda', Selasa (13/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tahun 2007, ia mulai merasakan bisnis Warnet memasuki masa kelam. Ia pun mengambil peluang bisnis lain yaitu pengadaan ATK di pemerintahan.
"Awalnya memang nggak kepikiran bisnis untuk jualan komputer. Tapi teman menawarkan jual alat tulis kantor (ATK) di pemerintah, itu November 2007 saya ambil peluang itu, jadi beralih, warnet dijual di 2008. Nah jadi 2007 memang saya main ATK di pengadaan pemerintah, saya menang tender di Rp 20 juta di Kemenkominfo," tutur dia.
Baca juga: Tips Membuat Caption Instagram Untuk Jualan |
Di tahun 2008, akhirnya ia menjual Warnetnya, dan fokus di pengadaan ATK. Ia juga beralih berjualan komputer beserta aksesoris dan perawatannya dengan nama tokonya Raja IT.
Memasuki pandemi virus Corona (COVID-19) yang membatasi pergerakan manusia, ia pun mulai fokus memasarkan produknya di media sosial. Ia juga membuka berbagai lini bisnis lainnya yang ia satukan dalam grup Airmas Group Indonesia.
Namun, ia juga melihat peluang lain, yakni menjadi influencer. Akhirnya, di awal Maret 2020 ia mulai fokus membuat konten di Instagram mengenai gerakan kemanusiaan. Pada akhirnya, ia sukses meraup ribuan followers.
"Tapi singkat cerita saya mulai naik banget itu karena menang lelang lukisan untuk kemanusiaan yang diadakan teman yang awalnya nggak kenal, dia itu selebgram. Saya beli, saya menang, tiba-tiba followers saya itu yang sudah 23.000 naik jadi 50.000-an. Setelah itu Jumat saya menang, Seninnya saya langsung centang biru. Padahal sebelumnya saya sudah mengajukan, tapi sempat ditolak. Setelah itu saya lelang jaket, yang menang itu salah satu pengacara top, terus saya menang lelang helm, itu fokus di berbagi saja," imbuh dia.
Tak berhenti sampai di situ, ia juga merambah Youtube dengan membuat konten seperti podcast, dan banyak lagi.
"Tapi saya lihat kalau Instagram saja itu sayang. Saya lihat anak-anak saya nonton Youtube. Akhirnya saya menambahkan di Youtube. Awalnya hanya 2.000 subscriber. Saya akhirnya kolaborasi, saya belajar peluang, mengundang narasumber yang lagi up to date, itu sekarang 861.000 subscriber dalam 3 bulan. Setiap hari naiknya 50.000-70.000 subscriber," tutur Cobaz.
Kini, kesehariannya tak hanya fokus sebagai influencer, ia juga masih menjalankan bisnisnya, dan fokus memberdayakan karyawan-karyawannya yang bekerja dari rumah untuk memasarkan produk-produk barunya.
"Puji tuhan gaji karyawan masih full sampai sekarang. Ya strateginya saya mulai main di media sosial, dunia digital untuk branding, dan saat ini karyawan-karyawan yang nganggur itu saya gerakkan jadi sales online dan reseller. Nah sekarang kan produk IT, untuk survive sekarang jual non-IT juga. Jadi Palugada, apa saja saya jual untuk survive. Saya bikin clothing, sepatu ini saya kolaborasi dengan penyanyi, dan sebagainya. Itu nanti saya jual ke karyawan sendiri dengan sistem reseller," tutup Cobaz.
(zlf/zlf)