Presiden Bank Dunia David Malpass menyatakan keprihatinan tentang dampak pandemi virus Corona pada pendidikan di negara berkembang. Dia mengatakan miliaran anak bisa putus sekolah imbas dari pandemi.
Malpass mengatakan imbas pandemi Corona pada anak usia sekolah di negara berkembang lebih besar. Terutama jika ada lonjakan infeksi lain yang memperpanjang krisis kesehatan.
"Pembelajarannya mundur. Itu masalah khusus di negara berkembang. Kami pikir ada 1 miliar anak terancam putus sekolah di negara berkembang. Mereka sungguh menunggu untuk pemulihan berlangsung. Jadi jika ada gelombang kedua, itu mengkhawatirkan," ungkap Malpass dilansir CNBC, Kamis (15/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Malpass menekankan perlunya mengendalikan pandemi melalui pengembangan terapi dan vaksin. Kerusakan yang diakibatkan Corona sudah besar, setidaknya ada tambahan 150 juta orang yang sekarang diproyeksikan berada dalam kemiskinan ekstrem tahun depan.
"Kondisi kemiskinan yang sangat parah di dunia karena pandemi dan penutupan," kata Malpass.
Sementara resesi yang dipicu pandemi telah mereda di negara-negara kaya. Namun, Malpass mengatakan itu belum terjadi di seluruh dunia.
"Selain China, banyak negara berkembang yang lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya, jadi proses pemulihan yang tidak seimbang ini sedang berlangsung," kata Malpass.
Negara-negara berpenduduk tinggi dan miskin seperti India, Ethiopia, dan Nigeria secara khusus menghadapi tantangan berat. Menurut Malpass, perlu ada solusi jangka panjang untuk membantu negara-negara berkembang dari pandemi.
Dia mengatakan Bank Dunia telah memberikan miliaran dolar untuk dukungan mengatasi Corona ke banyak negara. Mereka juga terus membantu mendorong pemulihan ekonomi.
"Kami fokus pada penyediaan sumber daya bersih tambahan. Itu membantu. Juga membantu negara-negara menemukan cara untuk menarik investasi sektor swasta dan kemudian, yang paling penting, proses pengurangan utang ini," kata Malpass.
Sebelum Malpass, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) juga memperingatkan setidaknya 24 juta siswa di seluruh dunia dapat putus sekolah sebagai akibat dari wabah COVID-19.
"Semakin lama anak-anak tidak bersekolah, semakin kecil kemungkinan mereka untuk kembali," kata Henrietta Fore, direktur eksekutif Dana Anak-anak PBB, dalam jumpa pers pada September.
(ara/ara)