China berhasil mengumpulkan dana segar US$ 6 miliar atau setara Rp 870 triliun mengacu kurs Rp 14.500/US$. Dana tersebut adalah hasil dari penerbitan obligasi berdenominasi dolar AS yang ditawarkan kepada investor AS.
Melansir Reuters, Kamis (15/10/2020) surat utang tersebut ditawarkan hanya beberapa minggu sebelum pemilihan presiden AS pada 3 November 2020.
Itu merupakan obligasi berdenominasi mata uang asing kelima yang diterbitkan sejak China menjual surat utang luar negeri pada 2017.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China telah menerbitkan obligasi, empat berdenominasi dolar AS dan satu berdenominasi euro dalam tiga tahun terakhir.
"Penerbitan obligasi pemerintah AS yang berhasil telah membantu membangun dan meningkatkan patokan imbal hasil yang lebih penting bagi pasar bagi emiten China," kata Kementerian Keuangan China dalam sebuah pernyataan.
Menurut lembar persyaratan, investor AS, terutama manajer investasi adalah pembeli terbesar untuk periode 30 tahun, mengambil 47% dari US$ 500 juta yang dijual.
Meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, menurut salah satu orang yang mengetahui langsung masalah tersebut tidak menghalangi investor yang berbasis di AS untuk berpartisipasi dalam kesepakatan itu.
Orang tersebut tidak dapat disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media.
"Kami tidak melihat situasi geopolitik yang membuat orang takut," katanya.
Kesepakatan itu diselesaikan pada hari Rabu karena perselisihan antara Washington dan Beijing tidak menunjukkan tanda-tanda mereda.
(toy/dna)