Mengenai inovasi online, Alphonzus justru tidak menyarankan pengelola pusat perbelanjaan atau mal untuk ikut-ikutan memindahkan produknya ke online. Menurut dia, DNA pusat perbelanjaan adalah offline atau interaksi langsung antara pembeli dengan penjual.
"Apakah harus ikut online, ini selalu menjadi masalah, jadi banyak mal yang galau sehingga ikut masuk ke online, menurut saya jangan seperti itu, harusnya berdamai dengan online, jadi bukan ikut-ikutan, karena DNA shopping mal itu offline, kalau masuk ke online pun akan kalah," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, dirinya mengungkapkan para pengelola pusat perbelanjaan atau mal lebih mengutamakan pengubahan konsep yang benar-benar membuat masyarakat bisa kembali datang dan berbelanja di mal.
"Menurut saya kalau tadi shopping fungsinya masih ada ditambah ada satu lagi, maka fungsi shoppingnya menjadi kedua. Jadi harus memberikan fungsi yang utama baru ditambah dengan fungsi shoppingnya. Jadi pusat perbelanjaannya DNA offline jadi harus memberikan fungsi lainnya," ungkap dia.
(hek/dna)