Brebes -
Para perajin telur asin di Brebes, Jawa Tengah, sebagian besar mengambil bahan baku telur itik dari luar daerah. Mereka jarang menggunakan telur itik lokal untuk diolah menjadi telur asin.
Ada beberapa faktor yang mendasari para perajin telur asin lebih memilih telur itik dari luar daerah. Selain soal harga yang lebih murah, telur asin dari luar daerah mutunya lebih bagus. Terutama kadar amis dan warna kuning telur.
Didit Ariyanto (45), perajin telur asin asal Kelurahan Gandasuli kepada wartawan Senin (19/10/2020) siang mengatakan, dirinya mengambil telur itik dari daerah Jawa Timur. Menurut dia, sebagian besar pembuat telur asin di Brebes membeli bahan baku dari daerah tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan memilih telur itik dari Jawa Timur, kata dia karena mutunya lebih bagus dan harganya murah. Mutu yang dimaksud Didit adalah ukuran telur lebih besar dan bagian kuning telur berwarna kemerah-merahan. Kemudian, bau amis telur asal Jawa Timur tidak begitu tajam.
"Yang jelas warna kuning telur lokalan itu agak pucat dan ukurannya kecil, jadi kurang menjual. Beda sama telur dari Jawa Timur, warnanya merah juga besar besar. Kemudian, telur itik Jawa Timur baunya tidak terlalu amis," ungkap Didit yang sudah menggelutih bisnis telur asin sejak 2006 lalu.
Soal harga, Didit mengatakan, telur lokal lebih mahal dibanding telur asal Jatim tersebut. Dengan harga yang lebih murah ini lah, dirinya berani beradu harga telur asin di pasaran. Kemudian, kemampuan produksi peternak itik lokal belum mampu untuk memenuhi permintaan perajin telur asin.
"Dalam persaingan harga, telur lokal kalah. Harga telur dari Jawa Timur jelas lebih murah. Itulah kenapa pengusaha telur asin lebih suka membeli dari luar kota," sambung Didit tanpa mau merinci selisih harga dimaksud.
Sebagai pembuat telur asin, Didit rutin membeli bahan baku dari Jatim 3 kali dalam sebulan. Masing masing sebanyak 28.800 butir dalam satu kali kirim. Telur asin yang diproduksinya dijual di sejumlah gerai baik di jalur pantura maupun di rest area. Selain itu, dirinya juga rutin mengirim telur asin ke Ibukota Jakarta.
Perajin lain juga punya pandangan serupa. Langsung klik halaman selanjutnya.
Hal senada dikatakan Hendra Purnama (74) penjual sekaligus pembuat telur asin asal Desa Pebatan Wanasari. Menurutnya, produksi telur asin di Brebes tidak ditunjang dengan jumlah produksi yang cukup. Sehingga peluang bisnis bahan baku telur asin ini dipegang oleh peternak derah lain.
"Produksi telur asin di sini kan cukup banyak. Ini harusnya produksi telur (itik) mentahnya juga mencukupi, jadi tidak ambil dari luar. Seperti saya ini kan kalau mengandalkan telur lokal tidak bakal cukup. Jadi ya terpaksa ambil dari luar daerah," ulas Hendra Purnomo.
Usaha telur asin ini, imbuh Hendra, merupakan bisnis yang lumayan. Bila peternak lokal mampu memproduksi telur dalwm jumlah banyak dan kualitas bagus, akan bisa meningkatkan perekonomian warga, mulai dari peternak sampai ke tingkat pengecer.
Ditemui terpisah, Kabid UMKM Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan, Nani Nuryati mengungkapkan, jumlah pelaku usaha pembuatan telur asin di Brebes saat ini sebanyak 150 usaha. Dari seluruh perajin yang ada, mereka mampu memproduksi telur asin sebanyak 3,4 juta butir per bulannya.
Dengan tingginya kebutuhan bahan baku ini, kata Nani para perajin memang banyak yang membeli dari Jawa Timur. Alasan dia, produksi telur itik Brebes belum mampu memebuhi permintaan pebutuhan perajin telur asin.
"Kebetulan telur itik dari Jawa Timur ternyata cocok dibuat telur asin. Kemudian produksi telur di sana juga banyak dan bisa memenuhi kebutuhan para perajin," jelas Nani.
Sementara, ditemui di kantornya, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Brebes, drh Ismu Subroto menerangkan, produksi telur itik di Brebes, memang belum bisa mencukupi untuk memenuhi permintaan perajin telur asin.
Data di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, dari seluruh peternak itik yang ada bisa memproduksi sekitar 1 juta butir per bulannya. Jumlah produksi ini jauh dari kebutuhan untuk telur asin yang mencapai 3,4 juta butir per bulan.
"Dengan produksi itu memang belum mencukupi untuk pembuatan telur asin. Data di kami, telur itik lokal yang dihasilkan baru 1 juta," ucap Ismu Subroto.
Ke depan, Pemkab akan meningkatkan produktifitas itik melalui program Prabu (Peranakan Itik Brebes Unggul). Program ini diharapkan bisa mengejar produksi agar bisa memenuhi kebutuhan pasar.
"Itik Brebes unggul ini memiliki produktifitas mencapai 80 persen. Jadi diharapkan bisa menggenjot produksi telur Brebes," pungkasnya.