Baru-baru ini paket bantuan baru untuk pertanian AS telah digelontokan pada 17 September senilai US$ 14 miliar setara Rp 206 triliun (kurs Rp 14.770). Total subsidi yang digelontorkan pemerintan dipresiksi mencapai US$ 51,2 miliar (Rp 753 triliun) tahun ini.
Pendapatan tunai bersih petani oleh pemerintah juga akan meningkat menjadi 39,7%, terbesar dalam 20 tahun. Pendapatan tunai bersih adalah indikator kesehatan pertanian. Departemen Pertanian AS memperkirakan pendapatan bersih pertanian akan naik 4% pada tahun 2020 dari tahun lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
The Environmental Working Group, sebuah kelompok advokasi kesehatan dan lingkungan, menyebut program bantuan hanya untuk membeli suara petani dan tidak penyebarannya tidak merata.
Sedangkan, Sekretaris USDA Sonny Perdue mengatakan pemerintah telah berbicara dengan petani dan peternak untuk merancang rencana yang memenuhi kebutuhan mereka yang terkena dampak pandemi COVID-19.
Meskipun pembelian barang pertanian AS oleh China tetap di bawah US$ 36,5 miliar (Rp 537 triliun) yang dijanjikan tahun ini dalam kesepakatan perdagangan Fase 1. Pembelian jagung dan kedelai dalam beberapa bulan terakhir telah menguntungkan petani dan membantu menaikkan harga komoditas.
Sebelumnya harga jagung, kedelai, dan gandum dikhawatirkan akan terperngaruh cuaca AS. Kini pendapatan kedelai dan gandum berada di titik tertinggi dalam beberapa tahun, dan jagung berada pada puncaknya dalam satu tahun, meningkatkan pendapatan petani dari penjualan tanaman komersial AS.
Barometer Ekonomi Ag Universitas Purdue / CME Group, mencatat ukuran bulanan sentimen ekonomi petani, melonjak 22% pada Agustus. Sedangkan Barometer, yang didasarkan pada survei terhadap 400 petani, naik 8% lagi di bulan September.
Bantuan pemerintah, akan memungkinkan petani menstabilkan neraca mereka, membayar hutang dan mendapatkan akses ke pinjaman yang memungkinkan mereka membeli benih dan peralatan untuk tahun 2021.
Bantuan baru pada September lalu menyederhanakan proses aplikasi untuk petani buah dan sayuran. Bantuan tersebut mengalokasikan US$ 3,5 miliar (Rp 51 triliun) untuk jagung, US$ 1,4 miliar (Rp 20 triliun) untuk kedelai dan US$ 725 juta (Rp 10,6 triliun) untuk gandum. Dana itu membantu petani menumbuhkan pendapatan meski harga tinggi.
Para petani AS mengatakan bantuan itu masih diperlukan untuk menutupi harga komoditas yang rendah selama tiga atau empat tahun terakhir, utang yang tinggi dan kesulitan ekonomi.
(fdl/fdl)