Setahun Jokowi-Ma'ruf: Tekor APBN Melebar Jadi Rp 1.039 T

Setahun Jokowi-Ma'ruf: Tekor APBN Melebar Jadi Rp 1.039 T

Tim Detikcom - detikFinance
Selasa, 20 Okt 2020 15:05 WIB
Petugas menyusun uang di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Jumat (17/6/2016). Bank BUMN tersebut menyiapkan lebih dari 16.200 Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk melayani kebutuhan uang tunai saat lebaran. BNI memastikan memenuhi seluruh kebutuhan uang tunai yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp 62 triliun atau naik 8% dari realisasi tahun sebelumnya. (Foto: Rachman Harryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto

Minimnya pendapatan negara membuat angka keseimbangan primer atau primary balance semakin besar. Hingga September 2020, angka keseimbangan primer sudah mencapai Rp 447,3 triliun.

Keseimbangan primer dalam APBN merupakan penerimaan dikurangi belanja negara, namun tidak memasukkan komponen pembayaran bunga utang. Artinya, bila keseimbangan primer bisa surplus, pemerintah tidak memerlukan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebaliknya, jika keseimbangan primer negatif maka pemerintah perlu menerbitkan utang baru untuk membayar pokok cicilan utang yang lama alias gali lubang tutup lubang.

Dalam Perpres 72 Tahun 2020, pemerintah sendiri menargetkan defisit fiskal akan kembali berada di bawah 3% terhadap PDB pada tahun 2023. Hal itu juga pernah dikatakan langsung oleh Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENT

Jokowi mengatakan, dia percaya defisit APBN akan berangsur turun dan kembali ke level di bawah 3% pada 2023.

"Jadi nanti akan ada penyesuaian. Sekarang defisitnya 6,38% (dalam Perpres 72/2020 defisit APBN 6,34%), nanti tahun depan akan menjadi 5 koma, tahun depannya lagi 4 koma, ke tahun itu akan di bawah 3% lagi," ujarnya di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (13/7/2020).


(upl/upl)

Hide Ads