Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membeberkan ngerinya dampak pandemi COVID-19 kepada mobilitas kereta api di seluruh dunia. Data terbaru menunjukkan, sambung Budi, mobilitas kereta api di seluruh dunia sampai anjlok 50% yang kemudian berimpas pada pendapatan seluruh pemain di dalamnya.
"Mobilitas angkutan kereta api secara global menurun bahkan diberitakan oleh internasional transport forum, secara internasional anjlok 50%," ujar Budi dalam International Webinar bertajuk Rebuilding Cities Post COVID-19, Sabtu (24/10/2020).
Mobilitas yang menurun kemudian berimbas pula pada pendapatan para pelaku di sektor transportasi dan pergudangan secara menyeluruh. Bahkan sektor ini menjadi sektor yang mengalami kontraksi paling dalam dibanding sektor lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip Badan Pusat Statistik (BPS), sektor transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi paling dalam hingga minus 30,84%. Penurunan ini menyebabkan kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap produk domestik bruto (PDB) turun 3,57% di kuartal II-2020, dari 5,57% pada kuartal II-2019.
"Hal tersebut berimplikasi pada penurunan pendapatan di mana sektor transportasi dan pergudangan termasuk tiga sektor tertinggi yang berdampak lebih dari 90% pelaku usaha mengalami penurunan pendapat dan sektor transportasi dan pergudangan mengalami suatu masalah menurut BPS 2020," paparnya.
Hal ini dipandang sebagai sebuah tantangan untuk segera dicarikan solusinya. Pemerintah, kata Budi sudah menyiapkan beberapa upaya memulihkan sektor ini.
"Dari hal tersebut para pelaku usaha mikro kecil (UMK) sektor transportasi serta logistik lebih memerlukan bantuan modal. Bantuan modal yang digunakan untuk melakukan kelangsungan itu," tuturnya.
Sedangkan pelaku usaha menengah dan besar transportasi lainnya yang tak membutuhkan modal diberi bantuan relaksasi. "Mereka lebih memerlukan relaksasi pembayaran pinjaman, pajak dan sebagainya," sambungnya.