Mantap! 300 Bus Listrik Mulai Mondar-mandir Tahun Depan

Mantap! 300 Bus Listrik Mulai Mondar-mandir Tahun Depan

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 28 Okt 2020 12:26 WIB
Karyawan mengendarai bus listrik saat uji coba di Kantor Pusat PT Transjakarta, Cawang, Jakarta, Senin (6/7/2020). PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) melakukan uji coba dua bus listrik EV1 dan EV2 rute Balai Kota - Blok M dengan mengangkut penumpang. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Foto: ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Jakarta -

PT Transportasi Jakarta (TransJakarta) dan PT Bakrie Autoparts telah usai melakukan uji coba dua unit bus listrik bermerek BYD selama 3 bulan, yakni sejak 6 Juli-6 Oktober 2020. Evaluasi uji coba 3 bulan membuktikan dua unit bus listrik yang melayani rute EV1 rute Blok M - Balai Kota itu memenuhi standar operasional.

"Ya dia sesuai spesifikasi, charging-nya tepat, kemudian power ratio dengan kilometernya tepat seperti yang ada di dalam spesifikasinya. Intinya secara operasional, bus listrik yang kita uji cobakan ini, yang punya merek BYD yang dibawa masuk oleh Bakrie Autoparts itu bagus. Tidak mogok, alhamdulillah tidak meleduk. Tidak ada masalahlah secara teknis," kata Direktur Utama TransJakarta Sardjono Jhony Tjitrokusumo dalam wawancara khusus dengan detikcom, Selasa (27/10/2020).

Melihat hasil evaluasi yang memuaskan itu, TransJakarta menargetkan 100-300 unit bus listrik akan dikirim ke Tanah Air tahun depan. Hal ini merupakan upaya perusahaan mencicil target untuk menggantikan seluruh armada TransJakarta dengan bus listrik di tahun 2030.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita menargetkan antara 100-300 unit di tahun 2021. Itu sudah masuk di dalam rencana kerja kita," ungkap Sardjono.

Namun, menurut Sardjono, upaya melaksanakan program Langit Biru dengan menggunakan kendaraan yang ramah lingkungan ini tak bisa dilakukan oleh TransJakarta sendiri. Ia mengharapkan, seluruh kementerian/lembaga terkait juga bisa dengan cepat memberikan bantuan agar program ini terlaksana dengan baik.

ADVERTISEMENT

Khususnya kepada pemerintah pusat, ia berharap ada relaksasi dari sisi bea masuk, dan juga perpajakan terhadap PT Bakrie Autoparts yang akan membeli seluruh bus listriknya.

"Ini bukan pekerjaan TransJakarta sendirian. TransJakarta itu kan end user. Sebelum end user ada operator, operator sebagai pengguna jasanya manufaktur, dalam proses manufaktur dibeli oleh operator, kan ada policy maker dalam hal ini pemerintah. Apakah transaksi ini akan menguntungkan buat operator kan akan menentukan ini menguntungkan apa tidak buat TransJakarta? Jadi ya tergantung. Banyak pihak yang akan menentukan keberhasilan itu," tutur dia.

Menurutnya, jika pemerintah memberikan relaksasi bea masuk dan perpajakan, maka akan sangat membantu operator yakni PT Bakrie Autoparts dan juga TransJakarta selaku penyewa jasa operator untuk merealisasi pengadaan bus listrik. Pasalnya, dengan realisasi saja biaya investasinya sudah sangat besar. Sehingga, pengeluarannya lebih tinggi dibandingkan pengadaan bus berbahan bakar minyak (BBM).

"Kalau pemerintah memberikan relaksasi terhadap bea masuk saja, maka perbedaannya hanya antara 10-15% lebih mahal sedikit, karena investasi di depan. Tapi kalau umpamanya ada policy, katakanlah usia kendaraannya bisa ditarik jadi 15 tahun, instead of 10 tahun, berarti kan modal awalnya bisa ditarik sampai 15 tahun, mungkin bedanya cuma 5-10%. Tapi kalau bea masuk tetap dibayarkan, lalu usia tetap 10 tahun, nah itu bedanya bisa 45% dari biaya yang kita keluarkan untuk bus-bus yang menggunakan BBM," jelas Sardjono.

Ia mengaku sudah sering membahas relaksasi ini dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perhubungan. Oleh sebab itu, saat ini pihaknya menantikan realisasinya.

"Belum tahu (kapan ada relaksasi), kita tunggu saja. Ini sudah sering dibahas. Tinggal sekarang kemauannya saja, mau betul-betul mempromosikan udara bersih dan energi terbarukan, atau lip service," imbuhnya.

Namun, jika pemerintah tak kunjung memberikan relaksasi, maka operator terpaksa membeli bus listrik dengan biaya yang besar. Apalagi, mengingat 2 bulan lagi sudah memasuki tahun 2021.

"Ya sudah berarti operator akan berinvestasi dengan harga bea masuk 40%. Tinggal nanti kita tawar-tawaran saja. Selama itu affordable buat kita, affordable buat masyarakat, buat Pemprov DKI, ya pasti kita jalan," pungkasnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads