Jakarta -
Harga emas Antam melemah dan semakin menjauh dari level Rp 1 juta per gram pada Jumat kemarin (30/10/2020). Padahal, harga Emas Antam jarang di bawah Rp 1 juta per gram bulan ini.
Dikutip dari data Logam Mulia, harga emas relatif tinggi sejak awal bulan dan pergerakannya bisa dibilang stabil tinggi.
Pada awal bulan, harga emas Antam Rp 1.013.000. Pada 6 Oktober, harga emas naik sampai Rp 1.017.000 per gram.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sehari setelahnya, harga emas turun cukup dalam hingga menjadi Rp 999.000 per gram. Kemudian, harga emas kembali merangkak naik dan mencapai Rp 1.019.000 per gram pada 10 Oktober.
Pada 14 Oktober harga emas turun di level Rp 1.007.000 per gram. Setelah itu, harganya naik turun namun tak jauh dari level tersebut.
Harga emas kembali menyentuh di bawah level Rp 1 juta per gram beberapa hari lalu tepatnya 28 Oktober yakni di level Rp 995.000. Lalu, Harga emas Antam hari ini makin jauh meninggalkan level Rp 1 juta/gram. Setelah sempat anjlok Rp 12.000, harga emas Antam turun Rp 3.000 lagi ke level Rp 992.000 per gram pada Jumat (30/10/2020).
Apa penyebab harga emas Antam turun? Langsung klik halaman berikutnya.
Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi penurunan harga emas Antam belakangan ini dipicu oleh penurunan harga emas global. Penurunan harga emas global dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya terkait minimnya kejelasan tentang kesepakatan stimulus Amerika Serikat (AS).
"Stimulus yang seharusnya sudah digelontorkan rupanya sampai saat ini di AS belum, kemungkinan besar setelah tanggal 8 November, karena apa, kongres ini adalah masa jabatan terakhir, di kongres partai republik dan demokrat yang masih reses sampai tanggal 8 sehingga tanggal 9 mereka baru masuk kemungkinan besar tanggal 9 baru dilakukan stimulus," terangnya kepada detikcom.
Sentimen lain ialah persaingan Donald Trump dan Joe Biden jelang Pemilu AS yang diselenggarakan 3 November mendatang. Lalu, faktor lainnya adalah soal penerapan kembali kebijakan lockdown di beberapa wilayah AS dan Eropa mengakibatkan pelemahan ekonomi.
"Walaupun bank sentral Eropa kemarin tetap mempertahankan suku bunga dan akan menggelontorkan stimulus seperti biasanya tetapi tidak serta merta mendukung penguatan terhadap harga emas. Karena bagaimanapun bank sentral Eropa menggelontorkan stimulus kalau ekonominya mati suri apalah artinya," tambahnya.
Terakhir, terkait masalah Brexit di mana Inggris dan negara-negara Eropa lainnya tampak belum siap benar-benar berpisah. Ada banyak faktor yang bisa menggagalkan pembicaraan Brexit. Hal itulah yang kemudian menjadi salah satu faktor penguatan dolar AS dan berimbas pada pelemahan harga emas.
"Banyak ini yang sampai saat ini masih terus menjadikan sebagai momok kegagalan dalam pembicaraan Brexit. Nah dari situlah indeks dolar kembali lagi mengalami penguatan sehingga wajar kalau seandainya emas ini jatuh," imbuhnya.
Hal serupa disampaikan oleh Kepala Riset dan Edukasi PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra. Pemicu utamanya adalah stimulus AS.
"Pertama karena stimulus AS tidak berhasil dikeluarkan sebelum pemilu, itu mendorong kekuatan pasar meningkat, pemulihan tidak akan berjalan sesuai rencana, terutama di AS jadi orang masuk ke dolar," kata Ariston.
Kedua, sambungnya soal peningkatan kasus penularan COVID-19 yang mendorong penerapan kembali kebijakan lockdown terutama di Eropa.
"Itu juga mendorong kekuatan pelaku pasar soal pelambatan pemulihan ekonomi jadi orang masuk ke aset safe haven dolar AS. Jadi kalau dibandingkan emas, dolar sekarang lebih dianggap lebih aman dibanding emas," ucapnya.