Jokowi Sebut Ekonomi RI Resesi, Rizal Ramli: Tak Mengejutkan

Jokowi Sebut Ekonomi RI Resesi, Rizal Ramli: Tak Mengejutkan

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 03 Nov 2020 09:59 WIB
Rizal Ramli jenguh Ahmad Dhani
Foto: Deny Prastyo Utomo
Jakarta -

Dalam Sidang Kabinet Paripurna kemarin, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ekonomi Indonesia di kuartal III-2020 akan kembali terkontraksi. Itu artinya jurang resesi ekonomi tak terhindarkan lagi.

"Kita tahu kemarin di triwulan 2 pertumbuhan ekonomi kita di angka -5,32%. Di kuartal III-2020 ini kita juga mungkin sehari, dua atau tiga hari ini akan diumumkan BPS, juga masih berada di angka minus. Perkiraan kita angkanya -3% naik sedikit," ujar Jokowi dilansir dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (2/11/2020).

Ekonom senior Rizal Ramli pun angkat suara merespons pernyataan Jokowi tersebut. Ia menilai pernyataan Jokowi itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Sebab, menurut Rizal, sejak awal tim ekonomi (Jokowi) tidak memiliki terobosan dalam membangkitkan perekonomian yang tengah terpuruk ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada 'surprise' sudah diperkirakan sejak awal tahun 2020 karena kebijakan ekonomi super-konservatif dan neoliberal yang sudah gagal. Pertanyaan yang lebih penting, apa yang akan dilakukan Jokowi, mengulangi cara yang sama yang telah berulang gagal? Atau ubah strategi dan pecat Menteri Neoliberal dan KKN?" ujar Rizal dalam keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Selasa (3/11/2020).

Medio Agustus 2020 lalu, Rizal mengingatkan, ia pernah menyampaikan bahwa perekonomian Indonesia sudah masuk dalam resesi sejak kuartal II-2020. Penilaian itu, katanya telah didasarkan pada rumusan yang lazim di dunia internasional.

ADVERTISEMENT

"Kita bisa lihat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 yang sebesar 2,97% sudah mengalami kontraksi 2% dibandingkan dengan kuartal IV-2019 yang tumbuh 4,97%. Kemudian pada kuartal II, pertumbuhan ekonomi lagi-lagi terkontraksi -5,32% atau minus 4,19% ketimbang kuartal I-2020. Kalau berdasarkan rumusan dunia internasional bila ekonomi terus merosot selama dua kuartal ya berarti resesi," tuturnya.

Terkait resesi, sambung Rizal, sebenarnya sejak tahun lalu sudah banyak indikator yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi di Indonesia melemah terlepas ada atau tidaknya pandemi COVID-19.

"Sejak satu setengah tahun yang lalu, kami sudah ingatkan bahwa ada indikator-indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan baik secara makro eknomi dengan menggunakan indikator misalnya trade surplus-nya makin mengecil," paparnya.

Indikator lain yang menunjukkan ekonomi Indonesia melemah adalah transaksi berjalan defisitnya yang juga semakin lebar. Kemudian, primary balance yang negatif, artinya untuk bayar bunga bank saja Indonesia harus utang.

"Kalau primary balance-nya positif itu tidak, tapi kalau satu negara hanya untuk bayar utang juga mesti ngutang itu negatif primary balance-nya dan ini adalah faktor perlambatan ekonomi," tambahnya.

Kemudian, lanjut Rizal, tax ratio (penerimaan pajak dibanding PDB) sejak tahun lalu hanya 10% dan saat ini bahkan negatif. Ini, katanya, menunjukkan otoritas fiskal yang tidak efektif.

"Karena doyannya nguber (mengejar) yang kecil-kecil doang, sama yang gede-gede tidak berani justru dikasih tax holiday dan pembebasan pajak 20 tahun, dan sebagainya," tuturnya.

Jadi, strategi Menteri Keuangan, menurut Rizal, terbalik karena hanya fokus mengejar pajak kalangan menengah ke bawah atau yang kecil. Alhasil, tidak aneh jika penerimaan pajak menjadi kecil karena tidak fokus dengan yang besar.

"Sehingga sejak satu setengah tahun yang lalu, semua indikator makro Indonesia sudah merosot dan ekonomi akan melambat," imbuhnya.



Simak Video "Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli Meninggal Dunia"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads