Terkait resesi, sambung Rizal, sebenarnya sejak tahun lalu sudah banyak indikator yang menunjukkan bahwa kondisi ekonomi di Indonesia melemah terlepas ada atau tidaknya pandemi COVID-19.
"Sejak satu setengah tahun yang lalu, kami sudah ingatkan bahwa ada indikator-indikator yang menunjukkan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan baik secara makro eknomi dengan menggunakan indikator misalnya trade surplus-nya makin mengecil," paparnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indikator lain yang menunjukkan ekonomi Indonesia melemah adalah transaksi berjalan defisitnya yang juga semakin lebar. Kemudian, primary balance yang negatif, artinya untuk bayar bunga bank saja Indonesia harus utang.
"Kalau primary balance-nya positif itu tidak, tapi kalau satu negara hanya untuk bayar utang juga mesti ngutang itu negatif primary balance-nya dan ini adalah faktor perlambatan ekonomi," tambahnya.
Kemudian, lanjut Rizal, tax ratio (penerimaan pajak dibanding PDB) sejak tahun lalu hanya 10% dan saat ini bahkan negatif. Ini, katanya, menunjukkan otoritas fiskal yang tidak efektif.
"Karena doyannya nguber (mengejar) yang kecil-kecil doang, sama yang gede-gede tidak berani justru dikasih tax holiday dan pembebasan pajak 20 tahun, dan sebagainya," tuturnya.
Jadi, strategi Menteri Keuangan, menurut Rizal, terbalik karena hanya fokus mengejar pajak kalangan menengah ke bawah atau yang kecil. Alhasil, tidak aneh jika penerimaan pajak menjadi kecil karena tidak fokus dengan yang besar.
"Sehingga sejak satu setengah tahun yang lalu, semua indikator makro Indonesia sudah merosot dan ekonomi akan melambat," imbuhnya.
Simak Video "Mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli Meninggal Dunia"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)