Ini Dampak Resesi Terparah yang Kamu Harus Tahu

Ini Dampak Resesi Terparah yang Kamu Harus Tahu

Trio Hamdani - detikFinance
Kamis, 05 Nov 2020 13:17 WIB
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-I 2018 tumbuh 5,2%. Pertumbuhan itu didukung dengan capaian penerimaan pajak maupun nonpajak.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Para ekonom menyatakan jumlah pengangguran meningkat sebagai dampak Indonesia resesi. Ekonomi Indonesia pada kuartal II minus 5,32% dan kuartal III minus 3,49% berdasarkan pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS).

"Dampak resesi ini kan terjadi di kuartal III, artinya ini sudah dilewati di tiga bulan ke belakang. Dampak yang paling terasa itu peningkatan pengangguran, karena seperti yang disampaikan oleh BPS bahwa di bulan Agustus ternyata ada peningkatan jumlah pengangguran," kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet saat dihubungi detikcom, Kamis (5/11/2020).

Hal itu disebabkan sedikitnya penciptaan lapangan pekerjaan baru karena lambatnya pemulihan ekonomi nasional yang membuat pengusaha menahan diri untuk ekspansi bisnis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pelaku usaha yang masih akan menahan laju ekspansi usaha sehingga penciptaan lapangan kerja yang baru itu di kuartal IV nanti masih relatif sedikit. Karena masih relatif sedikit, tentu akan berpotensi terhadap penambahan jumlah pengangguran dibandingkan bulan Agustus kemarin," paparnya.

Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad juga menyatakan hal serupa.

ADVERTISEMENT

"Nah dampak negatifnya, saya kira pengangguran kan itu angkanya naik ya di posisi Agustus. Itu otomatis dia akan, saya pikir nanti di perhitungan awal tahun 2021 itu potensinya akan tinggi lagi. Jadi akan semakin meningkat. (Perkiraan) angkanya agak lumayan tinggi lah dari posisi Agustus," sebutnya.

Tak hanya itu, dia memperkirakan angka kemiskinan akan bertambah imbas resesi. Memang, ekonomi mengalami pemulihan dari minus 5,32% menjadi minus 3,49%. Namun pemulihan masih dinilai lambat.

"Setelah COVID saya kira (angka kemiskinan) akan menyentuh angka 9,8% atau 9,9%, bahkan bisa sampai 10% dengan situasi bahwa proses recovery-nya (pemulihannya) ternyata lambat," tambahnya.

(toy/ara)

Hide Ads