Peritel asal Inggris Marks & Spencer membukukan kerugian pertamanya sejak 94 tahun. Hal itu disebabkan oleh rendahnya laju perdagangan akibat krisis pandemi COVID-19.
Dikutip dari BBC, Kamis (5/11/2020) dalam enam bulan hingga 26 September perusahaan mengalami kerugian hingga 87,6 juta pound sterling setara Rp 1,6 triliun (kurs Rp 18.800). Dibandingkan laba pada periode yang sama tahun lalu lebih tinggi yakni sebesar 158,8 juta poundsterling.
Terpukulnya pendapatan dan penjualan membuat M&S berencana memangkas 7.000 pekerjanya selama tiga bulan. Penjualan untuk periode enam bulan di seluruh unit turun 15,8% menjadi 4,09 miliar pound sterling. Sebagian besar penurunan dipengaruhi oleh penurunan penjualan pakaian dan rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khusus penjualan pakaian, permintaan rendah karena adanya lockdown dan orang selama di rumah lebih memilih menggunakan pakaian santai. Antara Juli dan September, penjualan pakaian di toko-toko di pusat kota turun 53%.
Analis ritel dan Kepala Eksekutif Agen Pemasaran Ritel Savvy, Catherine Shuttleworth mengatakan M&S telah menutup 600 tokonya selama lockdown, namun penjualan online dan penjualan online lebih kuat dari sebelumnya. Tapi itu sama sekali tidak menutupi jumlah kerugian penjualan yang telah mereka tanggung tahun ini.
Dalam meningkatkan penghasilan, M&S melaporkan telah bekerja sama dengan supermarket online Ocado Retail. Sejak itu M&S mulai ke ranah pengiriman bahan makanan mulai September lalu. Sejak adanya kemitraan itu perusahaan melaporkan lonjakan penjualan 47,9% dan profitabilitas juga meningkat.
Simak Video "Video: Kasus Covid-19 Naik Lagi! Thailand Catat Ada 23 Ribu Kasus Baru"
[Gambas:Video 20detik]