Pandemi COVID-19 berdampak besar terhadap perekonomian nasional. Salah satunya memicu mengganggu laju konsumsi, yang merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat konsumsi rumah tangga masih terkontraksi 4,04% di kuartal III-2020. Hal ini menandakan kelas menengah ke atas masih menahan konsumsi lantaran khawatir dengan kasus COVID-19.
"Yang related dengan mobility, orang nggak akan mau melakukan mobilitas itu, orang nggak akan lagi lakukan makan di resto, pola itu jadi sangat terbatas," kata Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Hidayat Amir dalam acara Indonesia Economic Outlook 2021 secara virtual, Sabtu (14/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kelompok menengah atas yang menahan belanja juga terbukti dengan meningkatnya jumlah tabungan khususnya dana pihak ketiga (DPK) di perbankan belum lama ini.
"Kelas menengah atas tertahan konsumsinya, uangnya tertinggal di perbankan jadi saving. Makanya indikator DPK meningkat," ujarnya.
Untuk mengatasi hal itu, Amir mengatakan pemerintah akan mencari titik seimbang antara penanganan sektor ekonomi dan kesehatan agar bisa pulih dari pandemi COVID-19.
Dia pun percaya, beberapa kegiatan atau aktivitas baru di tengah pandemi COVID-19 bisa meningkatkan konsumsi rumah tangga khususnya di kelas menengah atas meski hanya bersifat sementara.
"Beli sepeda baru kek, beli bunga-bungaan, tapi itu temporer lah. Kalau situasi sudah baik saya jalan-jalan ke bioskop," terang Amir.
Sementara untuk kelas menengah ke bawah, Amir mengungkapkan pemerintah tetap memberikan bantuan sosial agar tingkat konsumsi pada kelompok masyarakat 40% terbawah tetap meningkat.
"Sementara kelas bawah saya bisa yakinkan orang-orang menengah bawah justru mendapatkan bantuan. Jadi konsumsi mereka bisa tetap tumbuh," katanya.