Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) berupaya memacu kucuran investasi untuk mempercepat pemulihan ekonomi daerah dari krisis pandemi COVID-19. Jabar bertekad mempertahankan predikat sebagai provinsi yang unggul dalam hal investasi.
Hal itu dikatakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat membuka West Java Investment Summit (WJIS) 2020 dari Hotel Savoy Homann Kota Bandung. Sehubungan dengan situasi pandemi, WJIS tahun ini diadakan lewat virtual diikuti 700 investor. Tahun ini, WJIS mengangkat tema 'Invest in West Java for Better Future: Live, Work, and Play'.
"Potensi beberapa wilayah di Jabar memiliki banyak alasan yang sangat kuat bagi para investor untuk menanamkan modal, meskipun saat ini masih dalam situasi pandemi COVID-19. Terlebih yang paling penting adalah infrastruktur berkualitas bisa hadir di Provinsi Jabar," kata Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jabar, melalui keterangan tertulis, Senin (16/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disampaikan Kang Emil, Jabar memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul. Ia menyebut masyarakat Jabar selalu memiliki kegigihan yang tinggi untuk berdaya saing dan sangat berkualitas di berbagai bidang.
"Jabar merupakan wilayah yang paling kompetitif dan produktif di Indonesia, dan saya yakin bisa bersaing dengan negara tetangga, semacam Thailand serta Vietnam," seru Kang Emil.
Di tempat yang sama, Kepala BI Perwakilan Jawa Barat Herawanto mengatakan WJIS 2020 merupakan momen tepat untuk menyiapkan pondasi kuat bagi perekonomian daerah setelah digulung pandemi COVID-19.
"Ini saat yang tepat, maka dari itu semua pihak harus mendukung," ungkap Herawanto.
Menurut catatan BI, pertumbuhan ekonomi Jabar mengalami perbaikan dari minus 11 persen di triwulan II/2020, pelemahan di triwulan III terpangkas menjadi minus 8,95 persen.
"Kuncinya ada di pemerintah kabupaten/kota, bagaimana mereka menyediakan regulasi yang mempermudah proyek-proyek ini," jelas Herawanto.
Ia menambahkan kemudahan berinvestasi melalui penerapan adaptasi kebiasaan baru dalam kegiatan ekonomi, secara parallel akan mendorong tingkat konsumsi rumah tangga.
"Dengan realisasi (investasi) cepat, akan meningkatkan konsumsi rumah tangga yang sebelumnya anjlok atau minus 5,92 persen, tapi setelah pelonggaran PSBB menjadi minus sekitar 2 persen," urai Herawanto.
(ega/hns)