Ekonomi Jepang hingga China Mulai Pulih, Bye-bye Eropa dan AS

Ekonomi Jepang hingga China Mulai Pulih, Bye-bye Eropa dan AS

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 17 Nov 2020 13:58 WIB
Ilustrasi bendera China/ebcitizen.com
Bendera China/Foto: Internet/ebcitizen.com
Jakarta -

Negara ekonomi terbesar di Asia, Jepang dan China berhasil lompat dari keterpurukan krisis pandemi COVID-19. Jepang melaporkan ekonominya tumbuh 5% pada kuartal III-2020. Capaian ini bisa membuat Jepang keluar dari resesi.

Dikutip dari CNN, Selasa (17/11/2020), pertumbuhan tahunan Jepang sebesar 21,4%. Sekarang negara itu hanya perlu memastikan meningkatnya kasus COVID-19 di seluruh dunia tidak membahayakan pemulihan mereka.

China juga menunjukkan pemulihan ekonominya terus meningkat. Produksi industri naik hampir 7% bulan lalu.Penjualan ritel juga naik 4%, dan menjadi laju tercepat tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Angin segar dari Asia sangat kontras dengan negara barat karena lonjakan kasus COVID-19 dan telah dipaksa melakukan lockdown lagi dalam upaya mengendalikan penularan. Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell menegaskan ekonomi negaranya akan membutuhkan lebih banyak stimulus dari pemerintah dan bank sentral untuk melewati krisis.

Selain di AS, ekonomi Inggris juga terancam resesi untuk kedua kalinya. Bank of England memperingatkan bahwa lockdown yang dilakukan kedua kalinya akan memasukan Inggris ke jurang resesi lagi. Begitupun yang juga akan dirasakan oleh Uni Eropa (UE).

ADVERTISEMENT

Kepala ekonom Asia di Oxford Economics, Louis Kuijs, memperkirakan sebagian besar ekonomi utama Eropa menyusut pada kuartal ini karena lockdown. Kuijs juga mengungkap AS akan mengalami pukulan keras pada pertumbuhan ekonominya, bahkan jika pemerintah AS tidak melakuka lockdown.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Tantangan Asia saat ini bagaimana menjaga momentum, mengingat perlambatan pertumbuhan di antara mitra dagang utama mereka AS dan Eropa. Kepala Riset Ekonomi Asia dan direktur Pelaksana HSBC Frederic Neumann mengatakan ekonomi Asia sejauh ini bergantung pada perdagangan global, tentu perlambatan di negar Barat akan mengancam pemulihan Jepang dan China.

"Lockdown di Eropa dan perlambatan baru di AS. Menimbulkan risiko bahwa pemulihan ekspor Asia bisa mengambil jeda," kata Neumann.

Juru Bicara Biro Statistik Nasional China, Fu Linghui mengatakan kasus COVID-19 di Eropa dan AS telah menciptakan ketidakpastian bagi ekspor China. Namun, dia mengatakan total nilai perdagangan China telah meningkat tahun ini, berlawanan dengan tren global.

Meskipun kelemahan di AS dan Eropa akan membebani perdagangan dan investasi di Asia. Hal itu seharusnya tidak berpengaruh sepenuhnya pada ekonomi, selama Jepang dan China dapat mengendalikan kasus COVID-19 mereka sendiri.

Terlepas dari keadaan pandemi, negara-negara di Asia kini berusaha memperkuat hubungan satu sama lain, tanpa bantuan dari seluruh dunia. Akhir pekan ini, China, Jepang, dan negara lain di Asia Pasifik menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional, sebuah perjanjian perdagangan besar yang telah dibuat hampir satu dekade.


Hide Ads