Sri Mulyani Siapkan Jurus Tangkis Jebakan Kelas Menengah

Sri Mulyani Siapkan Jurus Tangkis Jebakan Kelas Menengah

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 18 Nov 2020 13:23 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, kunci Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi atau high income country adalah adalah produktivitas dan inovasi yang tinggi.

Saat ini, Indonesia sudah masuk sebagai negara berpenghasilan menengah atas atau upper middle income country. Hal itu dinobatkan oleh Bank Dunia (World Bank/WB) pada Juli 2020.

Menurut Sri Mulyani, Indonesia memiliki potensi besar untuk jadi negara berpendapatan tinggi di tahun 2045. Bahkan Indonesia sudah memiliki modal untuk meraih hal tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Stabilitas pertumbuhan ekonomi kita selama ini cukup teruji, tidak hanya dalam 5 tahun terakhir tapi dalam 2 dekade terakhir, dan dalam 5 tahun terakhir kita sudah melakukan banyak sekali bangun infrastruktur dalam rangka untuk mengejar ketertinggalan dari Indonesia," kata Sri Mulyani dalam webinar nasional, Rabu (18/11/2020).

Untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi juga pemerintah sudah menetapkan lima prioritas yang harus dijalankan. Mulai dari pengembangan sumber daya manusia (SD), pembangunan infrastruktur, penyederhanaan birokrasi, penyederhanaan regulasi, serta transformasi ekonomi.

ADVERTISEMENT

"Ini harus terus diupayakan di dalam rangka kita terus meningkatkan tidak hanya taraf hidup namun juga dalam kemampuan untuk bisa meningkatkan produktivitas dan inovasi kita," jelasnya.

Sri Mulyani menceritakan, menjadikan Indonesia sebagai negara berpendapatan tinggi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sebab, menurut dia banyak negara yang tetap terjebak pada pendapatan menengah atau middle income dalam beberapa dekade.

Dia mengungkapkan, hanya sekitar 12 negara yang mampu mentransformasikan ekonominya menjadi berpendapatan tinggi atau high income country.

"Persyaratan menjadi income country yang tinggi adalah bahwa produktivitas dan inovasi harus tinggi. Dan kita semua tahu bahwa tingkat produktivitas yang tinggi harus didukung SDM dan tenaga kerja yang baik dan tentu movement dari jumlah tenaga kerja informal yang tidak produktif itu semua jadi tantangan yang harus ditingkatkan," ungkapnya.

Saat ini, Sri Mulyani menyebut ekonomi Indonesia masih belum efisien seperti negara lain. Hal itu tergambar dari rasio produktivitas atau implemental capital to output ratio (ICOR).

"Ekonom banyak yang mengatakan Indonesia ICOR-nya tinggi, kalau kita bisa tumbuh 1% dibutuhkan capital yang jauh lebih tinggi dari negara lain, itu menggambarkan kalau ekonomi kita belum seefisien negara lain," katanya.

Oleh karena itu, dibutuhkan produktivitas dan inovasi yang tinggi, serta melakukan transformasi melalui penyederhanaan perizinan dan birokrasi.

"Makanya kalau sekarang kalau kita bicara salah satu legislasi untuk perkuat apakah financial sektor kita, apakah dari sisi competitiveness kita, menyederhanakan regulasi kita, dari kita bicara membuat birokrasi menjadi lebih efisien, itu karena kita ingin jadi negara, bisa menjadi negara yang semakin mendekati tingkat level competitiveness productivity dan kemampuan kita membangun institusi yang baik" ucap Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.

(hek/eds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads