Morgan Stanley Prediksi Ekonomi Global Bisa Tumbuh 6,4% di 2021

Morgan Stanley Prediksi Ekonomi Global Bisa Tumbuh 6,4% di 2021

Soraya Novika - detikFinance
Rabu, 18 Nov 2020 15:48 WIB
Deretan Negara yang Kebijakan Ekonominya Keren dalam Hadapi Corona

Pandemi Corona membuat perekonomian di berbagai negara mengalami krisis global. Ada beberapa negara yang telah menerapkan strategi ekonominya dengan matang. Seperti Australia, Malaysia, Singapore dan Jepang.
Foto: Getty Images/Carl Court
Jakarta -

Morgan Stanley memprediksi ekonomi global bakal tumbuh ke level 6,4% pada tahun 2021 mendatang. Pertumbuhan itu berasal dari pertumbuhan pasar negara berkembang maupun negara maju sepanjang bulan Maret dan April tahun depan. Adapun faktor pendorong tumbuhnya ekonomi di dua bulan tersebut berkat kembalinya kepercayaan sektor swasta dan dampak gabungan dari stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah selama ini.

"Kami prediksi pertumbuhan global bakal mencapai 6,4% pada 2021," ujar Chief China Economist Morgan Stanley Robin Xing dalam acara 2021 Macro Outlook secara virtual, Rabu (18/11/2020).

Xing menambahkan kepercayaan sektor swasta tumbuh berkat dukungan oleh kemajuan pengembangan vaksin virus Corona dan kebijakan pelonggaran moneter, serta sentimen positif pasar yang menganggap bahwa ekonomi global dapat segera keluar dari krisis akibat pandemi tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertumbuhan ekonomi global itu salah satunya bisa diperkirakan dari pertumbuhan ekonomi China. Ekonomi China diprediksi akan membukukan pertumbuhan PDB riil 9% dan pertumbuhan PDB nominal sebesar 11% pada 2021 didorong oleh pemulihan yang kuat dalam konsumsi swasta.

"Kasus terbaik kami adalah pertumbuhan PDB 9%, yang merupakan yang paling bullish, dipimpin oleh pemulihan yang kuat dalam konsumsi swasta dan kembalinya manufaktur yang akan memberikan limpahan positif kepada pemulihan permintaan global," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan dua digit (YoY) akan terjadi di kuartal I-2021, diikuti oleh pertumbuhan 5% hingga 6% di kuartal II-2020. Pertumbuhan diperkirakan akan melambat menjadi 5,4% pada tahun 2022.

Pendorong pertumbuhan itu berasal dari uang tabungan yang akhirnya kembali dipakai masyarakat. Menurut Morgan Stanley, selama pandemi ini ada peningkatan jumlah tabungan rumah tangga secara drastis mencapai 37,2% dari kuartal pertama hingga ketiga tahun ini. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari peningkatan yang sempat terjadi di periode yang sama tahun 2017 dan 2019 lalu sebesar 32,2%.

Peningkatan jumlah tabungan itu setara dengan hampir 6% dari pengeluaran konsumsi tahunan di Tiongkok.

"Kami memperkirakan bahwa penghematan berlebih ini akan mulai dikeluarkan (dana tabungan mulai dipakai lagi) sebagian pada 2021 karena kepercayaan konsumen kemungkinan akan meningkat di belakang pemulihan pasar kerja dan situasi COVID-19 yang lebih stabil," sambungnya.

Ekspor China yang kuat diharapkan memiliki dampak spillover pada konsumsi mengingat pertumbuhan ekspor pada akhirnya mendorong pertumbuhan upah tenaga kerja di sana. Dengan begitu, pemulihan di pasar tenaga kerja, ditambah dengan kenaikan inflasi, dapat mulai terasa mulai kuartal kedua tahun 2021 mendatang.

Setelah itu, kebijakan ekonomi seperti pengurangan pajak dan pelonggaran kredit bisa kembali diperkatat seperti sebelum pandemi. Demikian pula bantuan sosial, jumlahnya dapat dikurangi antara 2 atau 3 poin persentase menjadi 11,5% pada 2021 dan defisit fiskal yang bertambah dapat menyempit menjadi 12% dari PDB.

Yuan Tiongkok pun diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS, mencapai level terkuatnya terhadap greenback sejak Juni 2018.


Hide Ads