Pihaknya sedang melakukan pilot project untuk hal tersebut di Demak, Jawa Tengah. Di sana ada koperasi pertanian yang memiliki anggota dengan lahan pertanian 100 hektare dan akan dikembangkan menjadi 1.000 hektare.
"Misalnya kami sedang mengembangkan satu koperasi di Demak yang sekarang itu anggotanya punya lahan eksisting 100 hektare, dan kami mau ini dikembangkan jadi 1.000 hektare. Ini rencana Januari mulai pembangunan dan RnD-nya," ungkap Teten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nantinya para petani tersebut mendapatkan pembiayaan lewat kredit usaha rakyat (KUR). Kemudian koperasi akan bertugas sebagai pembeli dan penyalur hasil pertanian.
"Itu pembiayaan on farm dengan KUR, lalu koperasinya nanti akan kita diperkuat dari BLU kami. Sistemnya, koperasi harus membeli tunai produk petani, jadi petani punya kepastian bayarnya tunai," papar Teten.
"Koperasi nanti yang hubungkan dengan market, apakah itu BUMN atau swasta atau dijual langsung ke konsumen," ungkapnya.
Teten menjelaskan cara seperti ini modelnya mirip seperti di Belanda, di mana petani cukup memikirkan produktivitasnya saja. Sementara koperasi yang akan menyalurkan produk dari petani.
"Sehingga petani ini kita ambil model kayak agrikultur di Belanda. Jadi dalam bentuk koperasi, sehingga petani mereka ini fokus memikirkan produktivitas saja bukan cari pasarnya," ujar Teten.
Simak Video "Jokowi Ingin Ada Korporasi Nelayan-Petani, Berkaca dari Spanyol"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)