Otoritas penerbangan Amerika Serikat (AS) atau Federal Aviation Administration (FAA) mengakhiri larangan terbang untuk Boeing 737 MAX. Larangan terbang tersebut buntut dari kecelakaan pesawat di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan ratusan penumpang.
Sementara itu, maskapai BUMN PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki dan masih memproses pesanan pesawat tersebut. Lantas, apakah Garuda berniat kembali menerbangkan pesawat ini?
Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputra menjelaskan, untuk menerbangkan pesawat itu tidak hanya berdasarkan keputusan otoritas di AS melainkan juga di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kami ingin sampaikan itu adalah keputusan otoritas di Amerika. Kita tentu saja karena kita selain dari sana, kita juga dan otoritas tersebut terkait manufacturing yaitu Boeing kita menerima berita ini. Untuk bisa mengoperasikan tentu saja membutuhkan aturan-aturan persetujuan dari otoritas Republik Indonesia," katanya dalam teleconference, Jumat (20/10/2020).
Kemudian, untuk menerbangkan pesawat tersebut ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, termasuk dari sisi pilot itu sendiri.
"Karena ini ada jangka waktu cukup lama di mana pilot kita harus melalui proses training dan sertifikasi lagi," ujarnya.
Selanjutnya, Irfan mengatakan, pihaknya belum memutuskan apakah akan kembali menerbangkan Boeing 737 MAX atau tidak. Garuda sendiri saat ini baru memiliki 1 buah pesawat tersebut.
Menurutnya, Garuda akan beroperasi dengan menimbang prioritas dan kebutuhan.
"Yang ketiga timing-nya kita belum ditentukan apabila semuanya ini belum selesai karena apa karena kami saat ini hanya punya satu buah di Garuda. Kita tentu saja akan selalu mengoperasikan pesawat-pesawat kita berbasis azas prioritas dan kebutuhan saat ini. Kita saat ini masih ada beberapa pesawat yang grounded belum terbang karena memang imannya belum ada, belum bisa untuk menerbangkan seluruh pesawatnya," paparnya.
"Mengenai order yang ada dengan Boeing, memang ada order. Ada banyak pembicaraan kami dengan Boeing, klasifikasinya belum ter-cancel, tentu saja pembicaraan akan kami teruskan dengan pihak manufacturer yakni Boeing," tambah Irfan.
(acd/ara)