Senada dengan Ayin, Adi (33) yang juga berdagang seragam di Pasar Palmerah mengaku masih sepi pengunjung.
"Belum banyak lagi pembeli. Masih biasa saja, orang-orang belum mulai belanja seragam. Kalau pun ada itu biasanya dia mengandalkan uang Kartu Jakarta Pintar (KJP) cair," terang Adi ketika ditemui detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, menurut Adi 1-2 bulan sebelum masuk sekolah, masyarakat mulai ramai membeli seragam sekolah. Bahkan, omzetnya bisa melonjak sampai 5 kali lipat di hari-hari mendekati masuk tahun pelajaran baru.
"Sebelum Corona itu kalau sehari minimal Rp 500.000-1.000.000. Tapi kalau lagi ramai musim seragam, bisa sampai Rp 3-5 juta per hari. Saat Corona, apalagi pertama itu Maret-Juni, kita cari penglaris saja susah, ada yang beli sepotong-sepotong saja alhamdulillah," tutur Adi.
Tak hanya pedagang seragam, pedagang peralatan sekolah lainnya seperti kaos kaki dan gesper atau ikat pinggang yang bernama Zamzul Anwar (26) juga mengaku sepi pembeli. Meski sudah diumumkan sekolah tatap muka dimulai 2021, namun pembeli di lapaknya masih sepi.
"Belum ada pembeli sama sekali, masih sepi. Yang ada pembeli ya beli gesper tapi bukan buat sekolah. Dan anak-anak itu kan belum ada yang ke luar juga. Sudah gitu sekarang di pasar dari jam 4 sore sampai malam sudah nggak ada pembeli. Jadi ya pedagang mengandalkan pagi saja, pas orang-orang sambil belanja sayur," pungkas Zamzul.
(fdl/fdl)