Sejumlah pedagang seragam sekolah di Pasar Palmerah, Jakarta Barat mengalami penurunan omzet besar-besaran selama pandemi virus Corona (COVID-19). Tak adanya kegiatan belajar di sekolah membuat seragam-seragam sekolah yang dijajakan para pedagang tak laku.
Meski seragamnya tak laku dan pemasukan sangat tipis, para pedagang masih harus menanggung Biaya Pengelolaan Pasar (BPP) dan listrik secara penuh, atau tak ada keringanan. Hal inilah yang membuat para pedagang 'berteriak'.
"Kok sudah kayak gini kondisi kami, tapi kami tetap bayar full. Toko saya ini 4 petak, 1 petaknya dikenakan biaya sewa lewat CMS itu Rp 300.000/bulan. Jadi saya harus bayar Rp 1 juta lebih, belum listriknya ini full. Ini saja toko depan saya, dari April-Juni toko tutup,tapi listrik tetap full bayar," ungkap Adi (33), salah satu pedagang seragam di Pasar Palmerah, Jakarta ketika ditemui detikcom, Sabtu (21/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adi menegaskan, dirinya tak minta digratiskan oleh pengelola pasar dalam hal ini PD. Pasar Jaya, maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Hanya saja, ia meminta setidaknya diberikan keringanan.
"Ini nggak ada sama sekali bantuan. Kalau kita namanya keadaan seperti ini minta pengertiannya saja, kayak pembayaran melalui CMS, listrik, ya minta keringanan saja," tegas Adi.
Ia mengatakan, pihak pengelola pasar memang sudah menawarkan keringanan iuran BPP. Namun, untuk memperoleh keringanan itu harus mengajukan proposal, dan menurutnya prosedurnya sangat rumit.
"Ini seperti pemerintah nggak mau tahu. Ada keringanan CMS ditawarkan, tapi harus mengajukan proposal, agak berbelit-belit, nggak otomatis. Itu pun harus tunggu diterima. Kalau tidak, ya kita bayar normal, kan lucu," ujar Adi.
Senada dengan Adi, Ayin (53) yang juga berdagang seragam di Pasar Palmerah juga mengaku tak memperoleh bantuan apapun.
"Omzet saya turun lebih dari 90%, sudah rugilah sekarang karena masih harus bayar listrik penuh, belum CMS-nya," ucap Ayin ketika ditemui detikcom.
Ayin meminta agar pemerintah bisa memberikan urunan tangan membantu para pedagang seragam yang tengah merugi.
"Ya kalau bisa saya minta bantuan dana untuk pedagang pasar, untuk jadi modal lagi. Karena kita bayar sewa, listrik setiap bulan, padahal tidak ada pemasukan," tutur Ayin.
Begitu juga dengan Zamzul Anwar (26) yang merupakan pedagang kaos kaki dan gesper untuk anak-anak sekolah. Ia berharap, pemerintah bisa memberikan bantuan dan keringanan bagi para pedagang pasar yang kesulitan.
"Ya kita sih cuma ingin pengertiannya dari pemerintah. Kita sudah begini, sepi, pemasukan juga jauh. Saya sejak PSBB pertama biasanya dapat komisi per bulan, sekarang nggak ada sama sekali, hanya cukup buat makan saja," tutup Zamzul.
(fdl/fdl)