Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto membeberkan hasil survei lembaganya terhadap pelaksanaan program Kartu Prakerja. Menurut hasil survei yang dilakukan bulan Agustus lalu tersebut, mayoritas peserta Kartu Prakerja justru berstatus sudah atau masih bekerja.
"Sebanyak 66,47% penerima kartu prakerja itu statusnya adalah pekerja, sementara 22,24% nya pengangguran dan 11,29% nya adalah termasuk bukan angkatan kerja (BAK) misalnya mereka sebagai ibu rumah tangga, atau pekerja yang terhenti dari pekerjaannya," ungkap Suhariyanto dalam sebuah webinar dikutip detikcom Rabu (25/11/2020).
Namun, Suhariyanto menggarisbawahi bahwa peserta program Kartu Prakerja yang berstatus bekerja itu adalah pekerja yang pendapatannya menurun lantaran terimbas pemotongan jam kerja dan lain sebagainya. Sehingga bisa dikatakan, pekerja yang menjadi peserta Kartu Prakerja tersebut sebenarnya sudah setengah menganggur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi jangan dibayangkan bahwa mereka yang bekerja itu income-nya cukup karena di dalam kelompok yang bekerja ini itu 63% nya adalah pekerja penuh, sisanya 36% nya itu adalah pekerja tidak penuh," terangnya.
"Artinya meskipun mereka bekerja tetapi jumlah jam kerjanya kurang dari 35 jam sehingga mereka tergolong sebagai pekerja paruh waktu atau setengah pengangguran, artinya memang income mereka sangat-sangat terbatas," tambahnya.
Sedangkan, dari segi umur, mayoritas atau sekitar 62,08% yang mendaftar berasal dari kelompok usia 25-59 tahun, disusul usia 18-24 tahun sebanyak 37,46% dan ada juga kelompok usia 60 tahun ke atas hanya sebanyak 0,46% dari total 5,9 juta peserta.
Dari segi pendidikannya, mayoritas merupakan lulusan universitas sebanyak 30,26%, disusul lulusan SMA 29%, SMK 24,83%, DI/DII/DIII sebanyak 7,09%, SMP 6,23%, bahkan lulusan SD 2,58%.
Lalu, dari segi jenis kelaminnya nyaris seimbang, laki-laki 58,5% dan perempuan 41,5%. Terakhir, dari segi daerah tempat tinggal, masih didominasi peserta dari perkotaan sebanyak 76,08% dan pedesaan 23,92%.
(dna/dna)