Penerima Kartu Prakerja Mayoritas dari Jawa, Apa Alasannya?

Penerima Kartu Prakerja Mayoritas dari Jawa, Apa Alasannya?

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 23 Nov 2020 18:50 WIB
kartu pra kerja
Foto: Luthfy Syahban/Tim Infografis
Jakarta -

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas penerima kartu Prakerja masih berasal dari pulau Jawa. Dengan rincian, paling banyak berasal dari Jawa Barat hingga 16% lebih, disusul DKI Jakarta sebanyak 10,62%, Jawa Timur 9,8% dan Jawa Tengah 7,83%. Sedangkan yang terendah berasal dari provinsi Papua Barat hanya sebesar 0,08% dari total peserta 5,9 juta orang.

Menurut Direktur Eksekutif Project Management Officer (PMO) Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari ada beberapa penyebab ketimpangan jumlah peserta tersebut. Pertama, terkait seberapa banyak jumlah pengangguran di provinsi tersebut. Bila dihitung berdasarkan jumlah di masing-masing provinsi, secara absolut memang provinsi Jawa Barat paling banyak menyumbang angka pengangguran selama masa pandemi COVID-19 ini.

"Pertama adalah persentase pengangguran, semakin besar pengangguran di suatu provinsi, dia akan mendapatkan alokasi yang lebih besar, dalam hal variabel ini, tentu saja kita tahu bahwa pengangguran paling besar itu memang dari jumlah kepala absolut itu ada di Jawa Barat. Variabel pengangguran ini 50% bobotnya," ujar Denni dalam sebuah webinar, Senin (23/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, terkait seberapa banyak lowongan kerja yang dibuka di masing-masing provinsi tersebut.

"Kedua adalah jumlah lowongan kerja. Ini kami tarik datanya dari job platform, itu mendapat bobot hanya 10%, kenapa? Karena ya kita tahu tahun 2020 ini memang khusus ya lowongan pekerjaan turun luar biasa," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Ketiga, seberapa besar prevalensi pandemi terhadap masing-masing provinsi yang ada.

"Kalau prevalensinya luas itu pasti yang terpukul pasti juga besar, karena tidak bisa mobilitas dan banyak usaha yang tutup, karena itu tidak heran DKI Jakarta, yang mungkin orang berfikir kan ini provinsinya kecil, kenapa dapatnya relatif lebih besar, itu karena memang dampak pandeminya sangat luar biasa di DKI Jakarta," paparnya.

Denni kemudian menerangkan alasan provinsi-provinsi di Indonesia bagian timur mendapat porsi penerimaan paling kecil dibanding yang lain. Pertama, karena bila dihitung dari ketiga variabel di atas, provinsi-provinsi tersebut adalah yang paling kecil hasilnya.

"Karena tiga variabel tadi memang relatif kecil, maka kemudian mendapatkan kuotanya juga relatif kecil," ungkapnya.

Kedua, jumlah pendaftar dari wilayah-wilayah ini juga sedikit bahkan di bawah kuota tetap yang sudah disiapkan yaitu masing-masing 50.000 peserta per provinsi. "Dari batch ke batch itu memang pendaftarnya lebih rendah dari kuota yang disediakan," tambahnya.

Namun, sambung Denni, bukan berarti pemerintah kurang gencar mengadakan sosialisasi program ini ke program ini. Ke depan pun, pemerintah bakal semakin gencar mensosialisasikan program ini di sana.

"Jadi memang ini kami akan berusaha keras dan sebenarnya sudah untuk melakukan sosialisasi yang lebih gencar di provinsi-provinsi di Indonesia Timur," timpalnya.


Hide Ads