Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas penerima kartu Prakerja masih berasal dari pulau Jawa. Dengan rincian, paling banyak berasal dari Jawa Barat hingga 16% lebih, disusul DKI Jakarta sebanyak 10,62%, Jawa Timur 9,8% dan Jawa Tengah 7,83%. Sedangkan yang terendah berasal dari provinsi Papua Barat hanya sebesar 0,08% dari total peserta 5,9 juta orang.
Menurut Direktur Eksekutif Project Management Officer (PMO) Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari ada beberapa penyebab ketimpangan jumlah peserta tersebut. Pertama, terkait seberapa banyak jumlah pengangguran di provinsi tersebut. Bila dihitung berdasarkan jumlah di masing-masing provinsi, secara absolut memang provinsi Jawa Barat paling banyak menyumbang angka pengangguran selama masa pandemi COVID-19 ini.
"Pertama adalah persentase pengangguran, semakin besar pengangguran di suatu provinsi, dia akan mendapatkan alokasi yang lebih besar, dalam hal variabel ini, tentu saja kita tahu bahwa pengangguran paling besar itu memang dari jumlah kepala absolut itu ada di Jawa Barat. Variabel pengangguran ini 50% bobotnya," ujar Denni dalam sebuah webinar, Senin (23/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua, terkait seberapa banyak lowongan kerja yang dibuka di masing-masing provinsi tersebut.
"Kedua adalah jumlah lowongan kerja. Ini kami tarik datanya dari job platform, itu mendapat bobot hanya 10%, kenapa? Karena ya kita tahu tahun 2020 ini memang khusus ya lowongan pekerjaan turun luar biasa," sambungnya.
Ketiga, seberapa besar prevalensi pandemi terhadap masing-masing provinsi yang ada.
"Kalau prevalensinya luas itu pasti yang terpukul pasti juga besar, karena tidak bisa mobilitas dan banyak usaha yang tutup, karena itu tidak heran DKI Jakarta, yang mungkin orang berfikir kan ini provinsinya kecil, kenapa dapatnya relatif lebih besar, itu karena memang dampak pandeminya sangat luar biasa di DKI Jakarta," paparnya.