Bisnis Tanaman Hias yang Makin Seksi di Tengah Pandemi

Bisnis Tanaman Hias yang Makin Seksi di Tengah Pandemi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 29 Nov 2020 10:30 WIB
Tanaman hias
Foto: Tanaman hias/Vadhia Lidyana
Jakarta -

Bisnis tanaman hias adalah salah satu bisnis yang paling melejit di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Pedagang tanaman hias mengalami lonjakan omzet yang sangat drastis, ada yang dua kali lipat, bahkan hingga 10 kali lipat.

Salah satu pemilik toko tanaman hias Titik Hijau, Rico Rusdiansyah mengaku sempat memperoleh omzet Rp 1 miliar di bulan Mei 2020.

"Omzet tertinggi di bulan Mei, awal-awal PSBB juga kan semua di dunia banyak yang lockdown. Kalau ditotal lokal dan lain-lain, ya dapat Rp 1 miliar, itu di Mei puncaknya," ungkap Rico ketika ditemui di tokonya, di kawasan Depok, Jawa Barat, Kamis (26/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Omzetnya itu ia peroleh tak hanya dari penjualan tanaman hias di dalam negeri, tapi juga sampai ke mancanegara. Menurutnya, masyarakat di luar negeri mulai menyadari banyak penjual tanaman hias dengan jenis yang unik dan indah di Tanah Air ini.

"Ekspor itu sampai ke Amerika Serikat (AS), Eropa, Asia itu tertinggi. Asia itu ke Hong Kong, Taiwan, Singapura, Thailand, Korea Selatan. Nah orang Thailand sekarang juga cari ke kita," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ditemui secara terpisah, pemilik toko Flora Ayu Nusantara, Mas Ayu Febiryanti juga mengalami lonjakan omzet yang signifikan di Mei 2020 lalu, bahkan hingga 10 kali lipat. Ia bahkan pernah mengirim 1.600 tanaman ke mancanegara kala itu.

"Jadi kalau kita 1 bulan berawal dari 20-30 tanaman. Sampai tertinggi itu pernah 1.600 tanaman 1 bulan, itu di Mei 2020. Itu semua eksportir merasakan hal yang sama, lonjakan naik 10 kali lipat," ungkap Ayu saat ditemui detikcom di kediamannya, di kawasan Ciputat.

Tanaman yang dijualnya mulai dari jenis monstera, philodendron, scindapsus, syngonium, dan sebagainya. Negara-negara tujuan ekspornya pun beragam.

"Permintaan terbanyak itu dari AS, Eropa, Inggris, Dubai," imbuhnya.

Selain tanaman hias jenis-jenis yang dijual oleh Rico dan Ayu di atas, Putri Nabila yang menjual tanaman hias jenis sukulen juga mengalami lonjakan permintaan yang sangat tinggi. Bahkan, saat ini ia kesulitan mencari stok tanaman untuk dijual, karena belum ada yang panen.

"Sekarang kan sedang krisis tanamannya, lagi nggak ada yang panen. Succuland_ juga di November ini tutup dulu, karena mau persiapan untuk Desember. Jadi biar tanamannya tumbuh dulu, bagus dulu," tutur Nabila.

Dihubungi secara terpisah, pengamat bisnis Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, perilaku masyarakat di tengah pandemi memang berubah. Hal inilah yang menyebabkan beberapa bisnis, misalnya tanaman hias menjadi tren saat pandemi.

Salah satu penyebabnya ialah masyarakat yang banyak beraktivitas di rumah. Sehingga keinginan membuat suasana rumah menjadi nyaman untuk bekerja atau belajar dari rumah menyebabkan masyarakat ramai-ramai ingin menghias rumahnya dengan tanaman.

"Jadi bekerja di rumah ingin rumahnya dibuat nyaman, bagus, indah. Ya itu faktornya," tutur Heri.

Heri berpendapat, bisnis tanaman hias ini masih akan bertahan seusai pandemi. Pasalnya, perilaku masyarakat dan dunia kerja sudah berubah, yang diramal masih akan memperbanyak mekanisme kerja jarak jauh, atau dari rumah.

"Jadi ini akan menjadi tren baru pasca pandemi. Karena orang ketagihan kerja di rumah, ya menarik minat masyarakat untuk menghias ruang kerjanya di rumah," jelas Heri.

Di sisi lain, kinerja sektor properti juga akan menjadi faktor untuk tanaman hias tetap diburu masyarakat.

"Ya tanaman hias tentu ada market tersendiri. katakanlah ini merupakan pelengkap daripada properti. Kalau pertumbuhan propertinya bagus, ya
jadi kalau ada perumahan, apartemen yang terkait dengan properti ya dilengkapi dengan tanaman hias," pungkas Heri.


Hide Ads