Begini Strategi Kemendag Genjot Perdagangan di 2021

Begini Strategi Kemendag Genjot Perdagangan di 2021

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 30 Nov 2020 14:34 WIB
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2/2020). Selama Januari 2020, ekspor nonmigas ke China mengalami penurunan USD 211,9 juta atau turun 9,15 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Sementara secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan 21,77 persen (yoy).
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menegaskan, pada penghujung 2020 ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus menyusun strategi perdagangan untuk tahun depan. Guna memulihkan perekonomian, kementerian akan fokus menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri.

Salah satu caranya, kata Agus, dengan meningkatkan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global. "Penghujung 2020 ini menjadi momentum tepat bagi kita belajar dan bersama-sama menyusun strategi perdagangan yang lebih baik di tahun mendatang," kata Agus dalam keterangannya, Senin (30/11/2020).

Sebagai negara besar, kata dia, menjaga konsumsi dan pasar di dalam negeri merupakan salah satu langkah tepat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, keterbukaan dan keterlibatan Indonesia dalam rantai pasok global juga menjadi keharusan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia melanjutkan, menjaga pasar utama dan terus membuka akses pasar baru di negara-negara nontradisional merupakan langkah yang akan terus dilakukan supaya berbagai produk Indonesia semakin berdaya saing dan mendunia. Beberapa hal tersebut penting dilakukan agar Indonesia siap berpacu dalam perdagangan dunia terutama dalam menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan pandemi Covid-19.

Sebagai implikasi dari kondisi pandemi tersebut, lanjutnya, perdagangan dunia juga mengalami perlambatan. Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan, perdagangan dunia pada 2020 diperkirakan terkontraksi 10,4 persen. Namun pada 2021, perdagangan dunia diperkirakan akan lebih baik dan tumbuh 8,3 persen dengan kontribusi terbesar dari berbagai negara berkembang.

ADVERTISEMENT

Maka Agus mengatakan, situasi normal baru saat ini merupakan proses transisi yang menuntut semua negara cepat beradaptasi dan berinovasi. Pandemi Covid-19 telah mengubah berbagai tatanan, termasuk dalam perdagangan dunia dan bisnis, mulai dari sistem produksi, komoditas unggulan, hingga sistem logistik.

"Kita harus dapat mengubah momentum krisis ini menjadi lompatan kesempatan dan kemajuan. Untuk itu, Kemendag telah melakukan pemetaan tantangan dan peluang di sektor perdagangan selama dan pascapandemi Covid-19," tuturnya.

Lanjut halaman berikutnya>>>

Ia menyebutkan, tantangan perdagangan yang saat ini dihadapi antara lain terkait perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global, proteksionisme perdagangan, dan meningkatnya hambatan perdagangan. Kemudian kerja sama perdagangan antaranegara, serta potensi defisit neraca perdagangan dan resesi ekonomi.

Sedangkan peluang perdagangan yang harus segera dimanfaatkan yaitu pertumbuhan nilai perdagangan produk potensial baru, relokasi pusat-pusat industri dan investasi global, transformasi digital dan perkembangan teknologi informasi yang kian masif, serta pemanfaatan potensi pasar di kawasan potensial.

"Dengan melihat berbagai tantangan dan peluang, Kemendag telah dan akan terus melakukan berbagai langkah strategis dan evaluasi secara berkala untuk mendukung program pemulihan ekonomi nasional," jelas Agus.


Hide Ads