Ada Vaksin, Ekonomi AS Bisa Pulih Tahun Depan?

Ada Vaksin, Ekonomi AS Bisa Pulih Tahun Depan?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 01 Des 2020 11:22 WIB
Bendera AS
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Saham-saham di Wall Street tercatat kuat pada Jumat lalu. Harapan adanya vaksin Corona membuat investor percaya diri bahwa ekonomi Amerika Serikat (AS) akan rebound tahun depan. Sejumlah bank di AS juga telah mengeluarkan perkiraan ekonomi pada 2021.

"Mengikuti data kemanjuran vaksin awal yang menggembirakan, kami tetap yakin bahwa vaksin akan tersedia secara luas pada kuartal II tahun 2021," kata Bank UBS, dikutip dari CNN, Selasa (1/11/2020).

Pulihnya ekonomi AS juga mulai mendapat titik terang saat vaksin Pfizer telah mengajukan izin distribusi. Menurut laporan, persetujuan dalam waktu dekat akan segera keluar. Perusahaan bioteknologi Moderna (MRNA) juga telah mengajukan perizinan pada Senin untuk calon vaksinnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam meningkatkan aktivitas ekonomi ada beberapa risiko yang menjadi kendala ke depannya, di antaranya kepercayaan diri akan pemulihan ekonomi yang rentan goyah.

Lalu, distribusi vaksin yang aman dan efektif adalah langkah pertama untuk kembali normal. Tetapi distribusi juga rentan dengan ketersediaan logistik dan keamanan pengiriman. Selain itu, paket bantuan Corona yang lebih kecil dapat menurunkan tingkat konsumsi atau belanja masyarakat.

ADVERTISEMENT

Selanjutnya, inflasi yang rendah telah memungkinkan bank sentral untuk memberikan bantuan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, ada kemungkinan inflasi melonjak cepat tahun depan. Para ekonom berharap hal itu tidak akan terjadi di masa pemulihan ini.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Semua kendala itu akan mempengaruhi pengangguran yang makin terpuruk dan bisnis rentan bangkrut seperti sektor restoran, perhotelan, dan maskapai.

Hal itu terlihat saat hari Black Friday, berbagai toko mengalami penurunan penjualan. Toko fisik mengalami penurunan 52% pengunjung selama Black Friday dibandingkan tahun lalu, menurut laporan dari Sensormatic Solutions.

Belanja pada hari Thanksgiving juga turun 95% karena banyak toko tutup untuk memberikan cuti kepada karyawan mereka dan untuk menghindari keramaian di toko.

Pelanggan menghabiskan US$ 9 miliar pada Black Friday, naik hampir 22% dari tahun lalu. Itu hari terbesar kedua untuk belanja online.


Hide Ads