Inggris Kehilangan Uang Tunai Rp 953 T, Kok Bisa?

Inggris Kehilangan Uang Tunai Rp 953 T, Kok Bisa?

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 04 Des 2020 11:37 WIB
British Sterling pound notes are pictured in London, on December 4, 2008.The British pound hit a record euro low on Thursday, while the single unit dipped against the dollar, ahead of expected interest rate cuts from the Bank of England and the European Central Bank. In London trade, the pound dropped to 1.1499 euros -- the lowest level since the creation of the European single currency in 1999. AFP PHOTO/Shaun Curry / AFP PHOTO / SHAUN CURRY
Ilustrasi/Foto: AFP/SHAUN CURRY
Jakarta -

Uang tunai senilai 50 miliar pound sterling atau setara Rp 953 triliun (kurs Rp 18.978) dikabarkan hilang di Inggris. Komite Anggota Parlemen Inggris mengatakan hal ini harus diselidiki oleh Bank of England.

Mengutip dari BBC, Jumat (4/12/2020) uang tunai tersebut kemungkinan tidak digunakan dalam transaksi atau disimpan sebagai tabungan, tetapi mungkin berada di luar negeri, disimpan di rumah yang tidak dilaporkan atau tidak digunakan.

Masalah ini pertama kali diidentifikasi oleh Kantor Audit Nasional atau National Audit Office (NAO), yang disorot pada bulan September. Komite Rekening Publik Inggris atau Public Accounts Committee mengatakan Bank harus meningkatkan penanganan mata uang yang lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Komite menduga ada keterlibatan bagi kebijakan publik jika sebagian besar dari uang kertas dalam jumlah besar itu digunakan untuk tujuan ilegal.

"Merupakan tanggung jawab Bank of England untuk memenuhi permintaan publik akan uang kertas. Bank selalu memenuhi permintaan itu dan akan terus melakukannya. Masyarakat tidak perlu menjelaskan kepada Bank mengapa mereka ingin memegang uang kertas. Artinya, uang kertas tidak hilang," ungkap Juru Bicara Bank of England.

ADVERTISEMENT

Hilangnya uang senilai 50 miliar pound sterling itu yang berjumlah sekitar tiga perempat dari semua uang kertas Inggris yang ada, tidak diperdebatkan banyak pihak. Menurut ketua Komite Rekening Publik Inggris Meg Hillier uang itu disimpan di suatu tempat, tetapi Bank of England tidak tahu di mana.

Inggris bukan satu-satunya negara yang menghadapi masalah ini. Tetapi dampak dari masalah ini mata uang global utama lainnya dapat terkena imbasnya yang lebih serius.

(eds/eds)

Hide Ads