Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,22% secara bulanan pada minggu pertama Desember 2020. Dengan perkiraan tersebut, maka inflasi tahun kalender sebesar 1,46% dan inflasi tahunan sebesar 1,46%.
Kepala Grup Departemen Komunikasi BI, Junanto Herdiawan mengatakan penyumbang utama inflasi adalah cabai merah sebesar 0,04%, telur ayam ras, dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,03%. Selanjutnya ada tomat sebesar 0,02%, serta minyak goreng, jeruk, dan tarif angkutan udara masing-masing sebesar 0,01%.
Sementara itu, komoditas yang menyumbang deflasi pada periode laporan berasal dari komoditas emas perhiasan sebesar -0,07% (mtm) dan bawang merah sebesar -0,01% (mtm).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait untuk memonitor secara cermat dinamika penyebaran COVID-19 dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dari waktu ke waktu, serta langkah-langkah koordinasi kebijakan lanjutan yang perlu ditempuh untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan," kata dia dalam keterangan resmi, Jumat (4/12/2020).
Selain inflasi, BI juga merilis data perkembangan indikator stabilitas nilai tukar pada periode 30 November sampai 4 Desember 2020. Indikator secara periodik ini juga menyajikan data inflasi nasional.
BI melaporkan pada hari Kamis (3/12) rupiah ditutup pada level Rp 14.100 per US$. Kemudian yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke level 6,18%, dan yield US Treasury 10 tahun naik ke level 0,906%.
Sementara untuk indeks dollar (DXY) atau indeks pergerakan dolar terhadap 6 mata uang negara utama seperti euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss melemah ke level 90,71.
Baca juga: Daya Beli Orang RI Masih Lesu |
Pada hari ini, Jumat (4/12), rupiah dibuka pada level Rp 14.100 per US$ dan yield SBN 10 tahun dibuka stabil pada level 6,18%.
Selain nilai tukar rupiah, BI juga merilis aliran modal asing, berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto sebesar Rp 142,56 triliun. Sementara data transaksi 30 November hingga 3 Desember 2020, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp 2,55 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp 1,30 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 3,85 triliun.
BI menyebut premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun turun ke 66,88 bps per 3 Desember 2020 dari 71,29 bps per 27 November 2020.
(hek/ara)