Jakarta -
Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendapat warisan hubungan buruk dengan China karena tindakan Presiden Donald Trump. Kini, Biden harus menemukan cara terbaik menghadapi konflik dengan China, dengan tetap mengutamakan negaranya.
Dilansir dari CNN, Senin (7/12/2020), Head of China dan Northeast Asia dari Eurasia Group Michael Hirson berpendapat, hal pertama yang harus dilakukan Biden saat menghadapi China adalah memainkan taktik yang panjang dan halus. Meski ada pertentangan antara kedua negara, Biden harus bisa bersikap tenang, tanpa menunjukkan amarah yang meledak-ledak.
Pemerintahan Trump sudah mengakui, tindakan-tindakan yang dilayangkan pada Negeri Tirai Bambu selama ini tidak efektif dalam menyelesaikan masalah. Mulai dari serangan di sektor perdagangan, maupun kebijakan luar negeri lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesalahan yang telah dibuat Trump antara lain menerapkan tarif perdagangan yang tinggi secara sepihak, pengendalian ekspor teknologi, dan sebagainya yang dilakukan tanpa adanya strategi berkelanjutan.
Khususnya bagi industri teknologi China seperti larangan produk Huawei di AS justru menimbulkan bahaya bagi teknologi buatan AS sendiri. Huawei yang merupakan pionir dalam teknologi 5G memang tak lagi mendapatkan akses di AS, tapi sebaliknya produk teknologi AS juga terancam di China.
Tak hanya China, perusahaan produk teknologi AS juga bisa kehilangan pangsa pasar global, sedangkan China memperoleh posisi sebagai pemasok. Di sisi lain, jika AS bersikeras menerapkan sanksi sanksi keuangan dan banyak alat diplomatik dan ekonomi lainnya, maka dapat berlaku efektif jika sekutu juga turut mendukungnya. Adapun sekutu itu antara lain Uni Eropa (UE) dan Jepang. Hirson berpendapat, Biden perlu menggabungkan ketegasan pendekatan Trump dengan strategi yang memanfaatkan aliansi AS.
Langsung klik halaman berikutnya.
Biden juga harus memperkuat pertumbuhan kekuatan teknologi domestik. Caranya ialah mendorong pendanaan melalui Fed Funds dari Bank Sentral AS atau The Fed. Dengan dana itu, diyakini sektor teknologi AS tak hanya berkembang di Silicon Valley, tapi juga di daerah pedesaan lainnya. Di sisi lain, sejumlah penelitian telah menunjukkan, Fed Funds tidak hanya menghasilkan terobosan dalam sains dan kedokteran, tetapi juga membawa tingkat pengembalian ekonomi yang tinggi.
Hal paling krusial, Biden memang harus bertindak keras pada China, tapi tidak dengan sikap berlebihan. Pemerintah AS saat ini terus memandang China sebagai momok. Semua hal yang berkaitan dengan China selalu menjadikan Negeri Bambu itu sebagai kambing hitam. Jika tak segera dihentikan, perilaku semacam itu justru akan mengikis otoritas moral AS atau kontraproduktif dalam hal lain.
Mengenai tuduhan pencurian data pribadi dalam platform-platform digital asal China juga dinilai sembarangan. Biden diminta tetap mendengarkan pendapat pengguna platform China itu di kalangan warga asli AS. Pada kenyataannya, lembaga dan perusahaan akademis AS justru mendapatkan manfaat dari akses platform digital China melalui insinyur dan ilmuwan terlatih dari China. Hal itu menunjukkan, aksi pencurian data pribadi justru tak berguna bagi intelijen China.
Cara lain yang sangat disayangkan dari pemerintah Trump adalah pencabutan beasiswa bagi warga AS yang belajar di China dan Hong Kong. Padahal, program semacam itu memperdalam pemahaman AS tentang China, dan memang pengetahuan semacam itu menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Lebih buruk lagi, bahasa permusuhan atas penanganan awal China terhadap virus Corona, dan julukan kejam seperti virus China hampir pasti memainkan peran dalam lonjakan kejahatan rasial terhadap Asia-Amerika.
Secara keseluruhan, AS tak akan menang bersaing dengan China. Segala tindakan yang dilakukan AS akan mempersulit penyembuhan konflik besar itu.