Omzet hingga Rp 10 Juta/Bulan, Ini Cara Buat Ikan Asap Khas Rupat

Omzet hingga Rp 10 Juta/Bulan, Ini Cara Buat Ikan Asap Khas Rupat

Angga Laraspati - detikFinance
Rabu, 09 Des 2020 11:53 WIB
Dalam kegiatan Tapal Batas di Pulau Rupat, Bengkalis, Riau, detikcom melakukan sebuah perbincangan dengan Ali Musa. Sang jutawan dari ikan asap atau ikan salai.
Foto: Pradita Utama
Bengkalis -

Menyulap ikan yang dianggap limbah menjadi ladang emas membawa berkah bagi Ali Musa (58) warga Pulau Rupat, Bengkalis, Riau. Dari usahanya membuat ikan asap (salai) berbahan ikan dukang atau sembilang, ia mampu meraih omzet hingga puluhan juta.

Ikan dukang dianggap tak bernilai karena dahulu begitu mudah ditemukan di Pulau Rupat. Ikan yang dihargai murah ini, sangat sering ditemui di tepi pantai berlumpur. Jangankan dijual, diberikan secara cuma-cuma pun orang akan berpikir dua kali untuk menerimanya.

Namun, di tangan Ali Musa lah ikan ini bisa menjadi pundi-pundi uang dengan cara disalai atau diasapi. Kini ikan ini pun menjadi komoditas yang dicari saat mengunjungi Pulau Rupat sebagai oleh-oleh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah populer menjadi bahan ikan asap, Ali Musa membeli ikan dukang dari nelayan dengan harga Rp 9.000/kg. Untuk menghasilkan 1 kg ikan salai, ia harus membeli 4 kg ikan dukang.

"Secara tak langsung saya juga bantu-bantu ekonomi masyarakat. Orang dulu itu ini ikan nggak dicari sekarang jadi dicari terus. Bahkan nelayan bisa seharinya itu dapat Rp 1.000.000 karena saya salai ikan duri (dukang) ini," papar Ali Musa kepada detikFinance beberapa waktu yang lalu dalam program Tapal Batas bersama BRI.

ADVERTISEMENT

Proses pembuatan ikan salai memakan waktu yang cukup lama yakni sekitar 2 hari. Adapun salai artinya ikan yang diasapi dengan menggunakan bara api. Ikan ditaruh di dalam rak pemanggangan dengan tinggi 5 tingkat. Ikan tersebut setiap 2 hari sekali akan dirolling.

"Terus nanti kita pindah-pindah, jadi ibaratnya seperti siomay yang memanfaatkan bara api untuk mematangkannya. Orang kadang-kadang gini, kalau apinya terlalu kuat nanti di luarnya matang tapi di dalamnya masih basah," imbuh Ali Musa.

Dalam kegiatan Tapal Batas di Pulau Rupat, Bengkalis, Riau, detikcom melakukan sebuah perbincangan dengan Ali Musa. Sang jutawan dari ikan asap atau ikan salai.Dalam kegiatan Tapal Batas di Pulau Rupat, Bengkalis, Riau, detikcom melakukan sebuah perbincangan dengan Ali Musa. Sang jutawan dari ikan asap atau ikan salai. Foto: Pradita Utama

Ikan salai dapat bertahan selama 3 bulan lebih dan dapat diolah menjadi beraneka macam makanan. Ali Musa menjual produknya dengan harga yang bervariasi mulai dari ukuran seperempat (250 gr) dengan harga Rp 20.000 per bungkus dan 1 kg Rp 80.000.

"Ikan salai ini bisa diolah kembali, biasanya itu digulai dengan menggunakan santan dan daun singkong itu enak. Bisa juga digoreng atau dibakar dengan menggunakan bumbu cabe rawit," imbuh Ali Musa.

Kini pria asli Kampar, Pekanbaru ini menjadi jutawan akibat inovasi yang ia lakukan. Ia bercerita modal awal membuat usaha tersebut dari Rp 0. Karena saat itu ia hanya meminjam seng untuk mengasapi ikannya. Sementara ikan dukang menjadi bahan pokok dengan mudah didapat saat itu.

Meski ditertawakan orang sekitarnya, kini Ali Musa sudah bisa menikmati hasil jerih payahnya sembari membantu para nelayan yang ada di sekitar Pulau Rupat. Hasil dari ikan salai yang ia tekuni bisa mendapatkan Rp 10 juta/bulannya.

"Saya itu kalau misalkan pendapatan di bawah Rp 10 juta rasanya itu kurang. Jadi saya harus mendapatkan Rp 10 juta per bulan. Untuk penjualan rutin kita ke Duri sama Pekanbaru. Tapi ada juga yang pesan dan kita kirim ke Palembang, Jakarta, Jawa Tengah, Mataram, Bali, Batam, Jawa Timur," tandasnya.

Untuk melancarkan usahanya, Ali Musa menjadi nasabah BRI dengan melakukan peminjaman KUR. Kredit tersebut untuk ia gunakan sebagai pengganti modal.

"Saya ambil pinjaman BRI karena awalnya untuk mengganti gelang istri yang dijual untuk menjadi modal kerja dengan usul meminjam 100 juta saya pinjam 3 tahun. Termasuk untuk membuat jaring dan membantu nelayan-nelayan di sini. Kurang lebih bisa membantu banyak nelayan di desa ini juga," pungkasnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas mengenai perkembangan infrastruktur, ekonomi, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan khususnya di masa pandemi. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus beritanya di tapalbatas.detik.com.




(prf/hns)

Hide Ads